Jumat, 22 Maret 2013

PIAGET DAN TEORINYA


I.                  PENDAHULUAN
Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan 4) ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
System yang mengatur dari dalam mempunyai dua factor, yaitu skema dan adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh organisma yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan akomodasi.
Piaget mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual anak yang dibagi ke dalam empat periode, yaitu :
Ø  Periode sensori-motor ( 0 – 2,0 tahun )
Ø  Periode pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun )
Ø  Periode operasional konkret ( 7,0 – 11,0 tahun )
Ø  Periode opersional formal ( 11,0 – dewasa )
  Piaget memperoleh gelar Ph.D dalam biologi pada umur 21, ia kemudian tertarik pada psikologi dan mempelajari anak-anak abnormal di salah satu rumah sakit di Paris. Pada periode hidupnya, Piaget semakin tertarik pada logika anak dan metode berpikir yang berbeda-beda yang digunakan anak dalam menjawab peertanyaan pada usia yang berbeda pula. Selanutnya Piaget bekerja melakukan penelitian selama kurang lebih 40 tahun. Studinya dipusatkan pada persepsi anak dalam pemahamannya mengenai alam/benda, jumlah, waktu, perpindahan, ruang, dan geometri. Ia menganalisis operasi-operasi mental yang digunakan oleh anak, cara berpikir simbolis dan logika mereka.

II.                PERMASALAHAN
Apa pokok-pokok pikiran teori perkembanggan kognitif menurut Piaget dan bagaimana implikasi teori Piaget dalam pendidikan?


III.                                                                                                                              PEMBAHASAN

A.                POKOK-POKOK PIKIRAN PIAGET MENGENAI TEORI KOGNITIF DAN PERKEMBANGANNYA
Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis.
Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic bukan peristiwa yang menuju kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam responnya organisme mengubah kondisi lngkungan, membangun struktur biologi tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa memoertahankan hidupnya.perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan awal Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam bidang biologi. Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk :
1. Beradaptasi
2. Organisasi ( tindakan penataan )

untuk memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat empat konsep dasar, yaitu sebagai berikut :
1.      Skema
Istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan.
Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual. Adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan akomodasi.
2.      Asimilasi
Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yan ada atau tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang tidak hanya memperoses satu stimulis saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi mempnagruhi pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses kognitif, denga proses itu individu secara kognitif megadaptsi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan itu. 
3.      Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan.
4.      Ekualibrasi
Yaitu keseimbangan antara skema yang digunakan dengan lingkungan yang direspons sebagai hasil ketepatan akomodasi . Dalam proses adaptasi dengan lingkungan individu berusaha mencapai struktur mental atau skemata yang stabil. Yaitu keseimbangan antara proses asimilasi dan akomodasi. Dengan adanya keseimbangan maka efisiensi interaksi antara anak yang sedang berkembang dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin.
Proses ekuilibrasi ini merupakan proses yang berkesinambungan antara proses asimilasi dan akomodasi. Proses ini akan menjaga stabilitas mental dalam diri pembelajar dan ia akan dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya. Perubahan struktur kognitif yang dipengaruhi oleh proses adaptasi tersebut dapat melalui tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya dan bersifat hierarki. Seseorang harus melalui urutan tertentu dan tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Pemikiran seorang anak berbeda pada setiap tahapan. Piaget tidak menegaskan batasan umur dalam masing-masing tahap. Batasan umur tersebut diberikan oleh Ginsburg dan Opper.
Untuk keperluan pegkonseptualisasian pertumbuhan kognitif /perkembangan intelektual Piaget membagi perkemabngan ini ke dalam 4 periode yaitu :
v  Periode Sensori motor (0-2,0 tahun)
Pada periode ini tingksh laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal obyek.
v  Periode Pra operasional (2,0-7,0 tahun)
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.
v  Periode konkret (7,0-11,0 tahun)
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara logis.
v  Periode operasi formal (11,0-dewasa)
Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.
Piaget mengeukakan bahwa ada 4 aspek yang besar yang ada hubungnnya dengan perkembangan kognitif :
a.       Pendewasaaan/kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan syaraf.
b.      Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-benda dan stimulus-stimulusdalam lingkungan tempat ia beraksi terhadap benda-benda itu.
c.       Interaksi sosial, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu
d.      Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja untuk menyelesaikan peranan pendewasaan, penglaman fisis, dan interksi sosial.

B.     IMPLIKASI TEORI PIAGET DALAM PENDIDIKAN
Teori Piaget membahas kognitif atau intelektual. Dan perkembangan intelektual erat hubungannya dengan belajar, sehingga perkembangan intelektual ini dapat dijadkan landasan untuk memahami belajar.
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi akibat adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi, akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang belajar itu sebagai tindakan kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan kognitif menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan.
Implikasi teori Piaget terhadap dunia pendidikan dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu :

a.      Peran Guru
Piaget menyatakan bahwa peran guru adalah sebagai individu yang memiliki
pengetahuan, dan anak adalah penerima pasif dari pengetahuan tersebut. Piaget memperkenalkan pembelajaran y
ang berpusat pada anak. Pandangan  anak berbeda dengan pandangan orang dewasa terutama dalam cara  memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, pengajaran harus berfokus pada anak, dengan mempertimbangkan tahapan dan tingkat perkembangan anak. Piaget merasa bahwa anak seharusnya tidak sepenuhnya menggali sendiri pembelajaran mereka akan tetapi pembelajaran tersebut harus diarahkan oleh guru. Guru memulai dan menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan diajarkan. Salah satu peran guru adalah untuk menciptakan situasi di mana anak dapat belajar, membuat pertanyaan, melakukan percobaan dan spekulasi (Slavin, 1994).

b.      Kesiapan
Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap, ia berpikir bahwa anak harus siap untuk belajar konsep kognitif baru. Hal ini akan berguna untuk mencoba dan mendorong anak terlibat dalam tugas yang melampaui tingkat perkembangan kognitif mereka. Oleh karena itu guru perlu menyadari dan mengatur dalam memberikan tugas sesuai tingkat perkembangan anak. Tugas yang berada di luar tingkat perkembangan anak cenderung mengakibatkan kegagalan dan de-motivasi.

c.       Belajar aktif
Piaget tidak hanya berpikir bahwa anak-anak hanya mampu menyerap pengetahuan saja. Akan tetapi dia juga berpikir bahwa anak  perlu ikut aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu belajar yang baik membutuhkan partisipasi dari semuanya. Keterlibatan aktif mengarah kepada besarnya rasa ketertarikan dan pemahaman dari anak tersebut. Sebagai contoh, seorang anak diberitahu bahwa jika kalian membekukan air maka air tersebut akan berubah menjadi es. Mungkin pemahaman seperti ini sulit untuk mengerti. Akan tetapi, jika mereka langsung mempraktekkan dengan cara mengisi air pada nampan lalu ditempatkan di freezer maka ketika mereka kembali mereka akan melihat perubahan yang terjadi. Dengan demikian mereka akan cenderung untuk memiliki pemahaman yang lebih jelas mengenai proses pembekuan tersebut. Piaget merasa pembelajaran bukan hanya terbatas pada mendengarkan guru saja. Dia merasa bahwa anak-anak akan lebih mudah memahami jika mereka langsung melakukannya. Menurut Piaget, anak merupakan ilmuwan alami dan penjelajah maka mereka perlu diberi kesempatan untuk belajar aktif dengan menggunakan kemampuan alami yang mereka miliki.  

d.      Belajar dari kekeliruan
Piaget berfikir bahwa mengajar harus berfokus pada penalaran anak,
Oleh karena itu jawaban yang salah dapat danggap  sesuatu yang benar, karena dapat digunakan untuk mengidentifikasi penalaran anak thd prinsip-prinsip umum dlm mengajar. Misalnya, jika jawaban Jack yang 82  adalah 16, berarti ia telah mengalikan 8 dgn 2. Logikanya bahwa terdapat kesalahpahaman t
erhadap pengertian dari jumlah kuadrat oleh karena perlu diberikan pemahaman sebenarnya mengenai soal tersebut. (Slavin, 1994).

e.       Interaksi rekan
Piaget menganggap sosialisasi menjadi bagian penting dari pendidikan. Melalui interaksi dengan rekan sebaya, ide-ide dapat dikembangkan dan lebih menantangJenis interaksi ini membutuhkan anak dalam mempertimbangkan sudut pandang yang lain. Interaksi dengan teman sebaya yang memiliki tantangan pemikiran pada tingkat kognitif yang sama (Birch, 1998).

f.       Penggunaan bahan yang nyata
Anak-anak di bawah tahap operasional formal tidak dapat memecahkan masalah secara abstrak. Mereka akan mencapai lebih banyak dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan bahan yang sebenarnya. Sebagai contoh, anak-anak mencoba untuk memahami benda yang akan mengapung dan yang akan tenggelam, mereka mungkin tidak dapat mengidentifikasi dari daftar objek yg ada. Namun, jika mereka memiliki bahan-bahan dan tempat seperti ember air maka mereka akan belajar sifat-sifat benda yang mengambang. Demikian pula jika anak-anak mencoba untuk belajar menghitung perkalian 3, mereka mungkin akan sulit menemukan atau memecahkannya. Akan tetapi jika mereka memiliki serangkaian bahan maka mereka akan mampu mencari jawaban untuk 3 kali 3. (Birch, 1998; Woolfolk & McCune-Nicolich,1984).

g.      Konsep Baru
Anak membutuhkan konsep-konsep dan pembelajaran baru untuk dihubungkan ke pengetahuan sebelumnya agar mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru.

C.    TOKOH PENDUKUNG DAN PENENTANG TEORI PIAGET
1.      Tokoh-tokoh yang mendukung teori Peaget
a.    Ketetapaan Objek
·      Ower(1982)mengemukakan bahwa bayi dengan usia < 4 bulan telah dapat menunjukkan tanda-tanda suatu objek. Apabila Bayi diperlihatkan kumpulan mainan yang ditempatkan di dalam sebuah kotak, lalu kotak ditutup dan mainan dalam kotak tersebut dipindahkan tanpa sepengetahuan si bayi tersebut. Ketika  kotak tersebut dibuka kembali maka bayi tersebut akan menunjukkan reaksi terkejut karena mainan dalam kotak telah hilang, Ekspresinya menunjukkan bahwa dia mengharapkan mainan-mainan tersebut masih berada didalam kotak. Hal ini menunjukkan mereka telah memiliki keabadian objek.
·      Ballargeon dan Devos (1991) mengemukakan bahwa bayi dengan usia 3 – 4 bulan telah mencapai objek permanen. Ketika truk bermuatan wortel lewat di depan rumah lalu bayi melihatnya melalui jendela maka si bayi akan melihat sampai truk tidak tampak lagi dari penglihatannya, hal ini menunjukkan bahwa mereka mengharapkan dapat melihat pemandangan sampai batas maksimal dari kemampuan.
·      Luo, Baillargeon, Brueckner dan Munakata (2003) juga mendukung gagasan bahwa bayi memiliki objek permanen dan mereka,  menemukan tanda-tanda keabadian objek pada usia bayi 5-bulan.
b.    Egosentrisme
·      Brewer (2001) menyediakan anak-anak dengan celengan yang berisi uang, kemudian uang tersebut dikeluarkan dan digantikan dengan kelereng di depan mereka. Lalu mereka ditanya, apa yang orang lain pikirkan pada saat berada di bank. Sebagian anak menggunakan ego menjawab 'kelereng'. Sedangkan anak yang lebih tinggi tingkat pemahamannya akan  menjawab 'uang'. Mereka melihat celengan tersebut dari perspektif yang lain, meskipun mereka tahu bahwa celengan tersebut berisi kelereng. Mereka mengerti bahwa orang lain memiliki sebuah sudut pandang yang berbeda dengan menganggap bahwa celengan itu berisi uang.
c.    Animisme
·      Carey (1985) menemukan bahwa sebagian anak-anak di TK masih
menunjukkan
tanda-tanda animisme yaitu mereka berhenti menghubungkan perasaan untuk benda mati sebelum Piaget menyarankan dan menunjukkan bahwa anak-anak ditahap ini dapat membedakan antara obyek yang hidup dan objek yang tidak hidup.
d.        Konservasi
·      McGarrigle dan Donaldson (1974) memperkenalkan boneka nakal dalam
percobaan
konservasi. Para boneka sengaja mengacaukan
percobaan,
misalnya boneka sengaja memindahkan koin maka anak-anak harus menentukan apakah masih ada koin dengan nomor yang sama, bahwa boneka telah mengacaukan baris dan itu tampak berbeda. Para peneliti menemukan bahwa anak-anak mampu menjawab tes konservasi dengan benar pada usia lebih dini.
·      Houdee dan Guichart (2001) menunjukkan bahwa tugas-tugas konservasi yang dilakukan tidak mengukur kemampuan anak untuk memahami logika yang mendasarinya, tetapi ukuran dari kemampuan mereka untuk berurusan dengan gangguan diperkenalkan oleh tugas-tugas.
e.         Tahapan Operasional Kongkrit
·      Piaget dan Inhelder (1956) memberikan masalah pada anak-anak dengan menyediakan empat gelas. Gelas tersebut diisi dengan cairan yang tidak berbau dan tidak berwarna kemudian anak-anak harus diminta keluar untuk mencari  kombinasi cairan agar dapat berubah menjadi cairan yang berwarna kuning. Piaget dan Inhelder menemukan bahwa anak-anak pada tahap operasional konkret menggunakan teknik pemecahan masalah secara acak tetapi anak-anak ditahap operasional formal menggunakan pendekatan sistematis.
f.          Tahapan Operasional Formal
·      Bryant dan Trabasso (1971) menyarankan bahwa kegagalan untuk menyelesaikan seperti tugas-tugas kompleks yaitu gelas kimia dan tugas-tugas pendulum adalah karena kegagalan memori anak-anak tidak mampu mengingat solusi apa yang telah mereka coba. Mereka menemukan bahwa jika anak-anak dilatih, mereka dapat menyelesaikan masalah yang lebih kompleks. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak mampu menggunakan kemampuan kognitif  untuk memecahkan tugas, tetapi kemampuan mereka terbatas oleh memori mereka. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak memerlukan pelatihan dan saran bagaimana cara mereka dalam menggunakan pengetahuannya untuk memasuki tahap operasional formal.
g.         Faktor Bahasa dan Sosial
·      Sinclair-de-Zwart (1969) menyatakan bahwa ketidakmampuan anak untuk mengkonservasi terkait dengan perkembangan bahasa. Anak-anak yang lebih luas kosakata mampu menyelesaikan tugas. Jika anak-anak menggunakan kata-kata seperti 'lebih kecil’ daripada  'kecil'' atau 'terbesar' daripada 'besar' dan  mereka lebih mungkin untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas konservasi. Jadi konservasi mungkin tergantung pada perkembangan bahasa- yang terkait dengan perkembangan kognitif.

2.      Tokoh-tokoh yang menentang Teori Peaget

a.       Ketetapan objek
·      Studi lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak akan mencapai pemahaman tentang objek permanent pada usia di atas 6 bulan.
b.      Egosentrisme
·      Belletal. (1975) menemukan bahwa anak-anak mampu menyelesaikan Tiga Tugas Pegunungan pada usia lebih awal dari teori Piaget yang menyatakan jika karakter yang digunakan adalah boneka dan seorang polisi dan boneka itu bersembunyi dari polisi. Mungkin karena skenario ini lebih alami untuk anak-anak dan mereka mampu mengidentifikasi itu sebagai permainan. Ini menunjukkan bahwa ide Piaget tentang egosentrisme pada anak-anak muda mungkin menjadi cacat dan hasilnya mungkin telah disebabkan desain uji sendiri.
·      Brewer (2001) mengamati anak-anak usia 3-tahun yang terlibat dalam
permainan  berpura-pura.
Dia menyatakan bahwa cara ini menggambarkan kurangnya egosentrisme, karena mereka mampu bertindak sebagai individu lain yang harus mampu menggunakan lebih dari satu perspektif. Peran bermain sering diamati dalam pra-sekolah anak-anak dan bertentangan  dengan gagasan-gagasan Piaget tentang egosentrisme.
c.       Konservasi
·      Pada sebuah studi klasik, McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak sudah mampu memahami konservasi dalam usia yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget.          
d.      Tahapan operasional formal
·      Balillargeon dan De Vos (1991) menyatakan bahwa sebanyak 104 anak yang  diamati sampai mereka berusia 18 tahun, kemudian diuji dengan berbagai tugas operasional formal berdasarkan tugas-tugas yang dipakai oleh Piaget, termasuk pengujian hipotesa. Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional formal. Hal ini sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan Donaldson serta Baillargeon dan De Vos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan kemampuan         anak-anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua.
e.       Faktor bahasa
·      Tes dan tugas Pieget meggunakan bahasa yang sulit pada pemberian pertanyaan di dalam tes dan tugas yang diberikan untuk  anak. Donalldson memandang bahasa dan pertanyaan yang digunakan pieget dalam tes kelas inklusi membingungkan, karena saat  pertanyaan itu diulang jumlah jawaban yang benar meningkat dari 25% menjadi 48%. Sebelumnya  Samuel dan Bryant telah membahas hal ini. Mereka menunjukkan bahwa pertanyaan yang diajukan dalam percobaan konservasi sering sangat membingungkan untuk anak-anak, dan bahwa jika hanya satu pertanyaan meminta jumlah, maka jawaban yang benar akan meningkat.

IV.             KESIMPULAN
1.      Teori Piaget mengenai perkembangan kognitif mendefinisikan kembali intelegensi, pengetahuan, dan hubungan dengan lingkungannya.
2.      Perkembangan kognitif mempunyai 4 aspek yaitu kematangan, pengalaman, interaksi sosial, dan ekualibrasi.
3.      Menurut Piaget setiap organisme hidup cenderung untuk melakukan adaptasi dan organisasi. Dalam proses adaptasi dan organisasi terdapat 4 konsep dasar yaitu skema, asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Skema adalah struktur kognitif yang digunakan organisme untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungannya dan menata lingkungan itu secara intelektual. Asimilasi adalah proses yang digunakan seseorang untuk mengintegrasikan bahan persepsi baru atau stimulus baru ke dalam skemata atau pola perilaku yang sudah ada.
4.      Implikasi dari teori Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak bukan sekedar pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
b. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak penting sekali pada inisiatif diri dan keterlibatan aktif terutama dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget, penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong menemukan jawaban untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
c. Tidak menekankan pada praktek-praktek yang diarahkan untuk menjadikan pemikiran anak-anak seperti orang dewasa.
d. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.


iii
DAFTAR PUSTAKA

Oakley, L. (2004). Cognitive Development. London & New York : Routledge.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar