Minggu, 06 Januari 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK TONSILITIS



BAB I
PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang Masalah
            Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Berbagai revormasi dibidang kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan dan untuk saat ini tertuang dalam visi indonesia sehat 2010 dimana salah satu indikator umumnya adalah mengurangi angka kesakitan dan kematian (Depkes RI, 2003).
            Salah satu masalah yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan angka kesakitan dan kematian adalah tonsilitis yaitu suatu peradangan yang terjadi pada tonsil dan disebabkan oleh kuman streptokokus, (Soepardi, 2001).
            Masalah-masalah yang sering timbul pada anak dengan tonsilitis adalah nyeri, gangguan menelan, gangguan pemenuhan nutrisi, takut dan perubahan proses keluarga bahkan dapat timbul masalah yang lebih komplit apabila tidak mendapat perawatan dini. (Wong, 2003)
            Tonsilitis yang terjadi pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut, abes peritonitis, abses faring, sepsis, bronchitis, nepritis akut, miokardi, atritis dan bahkan dapat menyebabkan kematian apabila tidak mendapat perawatan dengan baik (Soepardi, 2003).
            Berdasarkan data survey kesehatan nasional 2001 didapatkan pasien rawat inap dengan kasus infeksi seperti Tonsilitis mencapai 24% ( Depkes RI, 2002). Sedangkan diruang rawat penyakit anak Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum dr.Zainoe Abidin Banda Aceh. Sejak beroperasi kembali setelah bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami telah merawat sebanyak 10 orang dengan tonsilitis atau 5,10 % dari 196 anak yang dirawat. Peran perawat sangat dibutuhkan dalam penanganan kasus tonsilitis, dimana dalam hal ini perawat dapat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul yaitu nyeri, nutrisi, ketakutan dan perubahan proses keluarga (Wong, 2003).




BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN 
2.1. Konsep Penyakit
2.1.1. Pengertian
Tonsilitis adalah radang yang terjadi pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Tonsilitis terdiri dari tonsilitis akut, Tonsilitis Difteri, Tonsilitis Septik, Stomatitis Ulsero Membranosa, Penyakit kelainan darah dan Tonsilitis kronis (Soepardi, 2001).
2.1.2. Penyebab
Tonsilitis bakterialis supuratifa akut paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A, meskipun pneumokokus, stapilokokus dan haemolitikus influenza. Kadang-kadang streptokokus non hemolitikus atau streptokokus viridans mungkin ditemukan dalam biakan, biasanya kasus-kasus berat. Streptokokus non hemolitikus dan Streptokokus Viridans mungkin dibiakkan di tenggorokan orang-orang yang sehat, khusunya pada bulan-bulan musim dingin dan pada saat epidemi infeksi pernafasan akut, Streptokokus hemolitikus ditemukan pada orang yang kelihatannya sehat (Adams, 1997).
2.1.3. Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet, kuman memfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadipembendungan radang dengan imfiltrasi leokosit polimorfonuklear (Mansjoer, 2001). 
2.1.4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorokan dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri disendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (Otalgia). Rasa nyeri di telinga karena nyeri alih melalui glossofaringeus. Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis, dan terdapat detriktus berbentuk folikel, atau tertutup oleh membran semu. Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan (Soepardi, 2001).
2.1.5. Diagnosis
Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis tonsislitis dengan kultur dan uji resistensi bila perlu, lakukan pemeriksaan laboratorium berupa pembuatan preparat langsung kuman (dari permukaan bawah membrane semu). (Marsjoer, 2001).
2.1.6. Penatalaksanaan.
Antibiotik golongan penisilin atau sultonamida selama 5 hari,antipiretik dan obat kumur atau obat isap dengan disinfektan.bila alergi pada penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamisin. Pasien diisolasi karena menular,tirah baring untuk menghindari komplikasi jantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3 kali negative(Marsjoer,2001).
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan yang harus dilakukan pada pasien dengan tonsilitis adalah (Wong, 2003);
a.       Pengkajian fisik rutin
b.      Perhatikan adanya bukti – bukti kecendrungan pendarahan.
c.       Periksa hasil laboratorium untuk waktu pendarahan dan pembekuan, laporkan adanya abnormalitas.
d.      Perhatikan adanya gigi yang tanggal.
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan tonsilitis adalah (Wong, 2003);
a.  Resiko tingi cedera karena hemoragi yang berhubungan dengan permukaan kasar dan gundul dari kantong tonsil.
b. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
c.  Gangguan menelan berhubungan dengan inflamasi dan nyeri
d. Resiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan puasa sebelum pembedahan.
e.  Cemas / takut berhubungan dengan kejadian yang tak dikenal atau rasa tidak nyaman.
f.  Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit atau hospitalisasi anak.
2.2.3. Rencanan Keperawatan
2.2.3.1. Tujuan
            Adapun tujuan rencana keperawatan pada pasien tosilitis adalah (Wong, 2003);
a.       Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti pendarahan
b.      Pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat diterima oleh anak.
c.       Pasien mendapat cairan dan nutrisi adekuat.
d.      Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat.
e.       Pasien menunjukkan tidak adanya atau minimal rasa cemas atau takut.
f.       Pasien dan keluarga mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan kemampuan melakukan koping.
2.2.3.2. Kriteria Hasil
            Kriteria hasil asuhan keperawatan pada pasien tonsilitis berdasarkan tujuan rencana keperawatan adalah (Wong, 2003);
a.       Anak tidak memperberat daerah operasi, tidak ada bukti perdarahan atau hemoragi, bila terjadi perdarahan, maka dikaji dengan cepat dan intervensi yang tepat diimplementasikan.
b.       Anak menunjukkan tidak adanya atau minimalnya bukti-bukti nyeri, anak menerima pemberian obat dengan distress yang minimum, anak beristirahat dengan nyaman.
c.       Anak mengkonsumsi cairan dan nutrisi dalam jumlah adekuat
d.      Anak meminum cairan dengan jumlah cukup, anak menunjukkan bukti-bukti hidrasi yang adekuat, dan anak menerima cairan intravena sesuai pesanan.
e.       Anak beristirahat dengan tenang dan melakukan komunikasi verbal dan nonverbal dengan mudah, anak mengkomunikasikan kebutuhan dan keinginan dengan cara yang tenang.
f.        Orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi dan perawatan anak dengan tenang serta terlibat secara positif dalam perawatan anak.
2.2.3.3. Intervensi Keperawatan/rasional
Intervensi yang dapat dilakukan pada anak dengan tonsilitis adalah               (Wong, 2003).
             a.    - Hindari anak dari batuk yang sering atau pembersihan tenggorok untuk menghindari terjanya perdarahan.
-    Hindari penggunaan sikat gigi yang keras untuk menghindari iritasi yang dapat memicu terjadinya perdarahan.
-    Hindari makanan yang mengiritasi seperti; jus buah yang sangat asam, roti kering, dsb. jika tonsil mengalami iritasi dapat mengakibatkan iritasi.
-    Anjurkan makanan semilunak.
-    Kaji anak untuk bukti-bukti perdarahan
-    Beritahu praktisi dengan segera bila dicurigai terjadi perdarahan karena pembedahan munkin diperlukan untuk meligasi pembuluh yang berdarah.
-    Jelaskan pada orang tua bahwa adanya tanda-tanda perdarahan memerlukan perhatian medis yang segera karena hemorgi dapat terjadi 2 sampai 10 hari setelah pembedahan sebagai akibat kari kerapuhan jaringan karena proses penyembuhan.
b.- Hindari pemberian cairan yang mengiritasi dan makanan padat untuk menghindari iritasi.
-    Lakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri. Karena teknik-teknik seperti relaksasi, pernafasan berirama dan distraksi dapat membuat nyeri ditoleransi.
-    Gunakan strategi yang dikenal anak atau gambarkan beberapa strategi dan biarkan anak memilih salah satunya untuk memudhakan pembelajaran anak dan pengunaan strategi.
-    Libatkan orang tua dalam pemilihan strategi karena orang tua adalah orang yang paling mengetahui anak.
-    Bantu dan ajarkan orang tua membantu anak dengan menggunakan strategi selam nyeri actual karena pelatihan mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yan diperlukan.
 c.- Pertahankan cairan intravena sampai cairan dapat ditoleransi.
-    Beri penghilang nyeri agar anak mampu menelan dengan baik.
-    Posisikan anak untuk mengoptimalkan penelananan seperti posisi fowler tinggi dan duduk.
-    Jelaskan  pada anak dan keluarga tentang makan dan minum karena dapat meningkatkan penyembuhan dengan meningkatkan suplai darah kejaringan dan memberikan cairan dan nutrisi yang diperlukan.
d. – Beri cairan sesuai intruksi
-    Hilangkan nyeri karena anak akan minum cairan jika nyeri terkontrol.
-    Pertahankan masukan dan keluaran.
-    Beri hygiene oral untuk mendorong minat untuk minum.
e. – Jelaskan sumber-sumebr ketidaknyamanan.
-    Jaga agar anak dan tempat tidur bebas dari ekskresi bercak darah karena hal ini sering menakutkan anak.
-    Antisipasi kebutuhan anak.
f. -  Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orangtua untuk informasi.
-    Gali perasaan keluarga dan masalah hospitalisasi dan penyakit anak.
-    Beri dukungan sesuai kebutuhan.
2.2.4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi hasil keperawatan yang mungkin didapatkan setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien tonsilitis adalah (Wong, 2003).
a.       Tidak didapatkan bukti-bukti pendarahan
b.       Anak melaporkan nyeri menurun atau hilang.
c.       cairan dan nutrisi yang dibutuhkan anak adekuat.
d.      Hidrasi yang adekuat.
e.       Anak dan keluarga tidak menunjukkan rasa cemas.
Terjadinya pengurangan ansietas dan peningkatan kemampuan koping.




BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengkajian Keparawatan
            Pasien bernama Tm berusia 10 tahun dirawat dengan diagnosa medis tonsillitis, tonsillitis adalah radang yang terjadi pada tonsil disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemoliticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenesalvirus. Tonsilitis sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun, walaupun pada orang dewasa masih mungkin ditemukan ( Mansjoer, 2001.; Soepardi, 2001).
            Keluhan pasien adalah nyeri tenggorokan yang bertambah berat ketika menelan. Berdasarkan teoritis gejala yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan yang terjadi karena proses peradangan pada tonsil (Soepardi, 2001).
            Sebelum dirawat pasien pernah menderita penyakit demam tetapi tidak sampai dirawat di rumah sakit. Secara teoritis tanda awal terjadi infeksi pada tonsil adalah timbul demam dengan suhu tubuh yang tinggi. Hal ini menunjukkan kemungkinan bahwa demam yang pernah dialami pasien merupakan gejala awal tonsillitis (Soepardi, 2001).
            Dalam anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Bedasarkan teoritis tonsilitis bukan penyakit herediter yang bisa diwariskan melalui garis keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi yang dapat ditularkan dari orang sekitarnya (Adams,1997).
            Pasien sudah mendapat imunisasi lengkap yaitu BCG,DPT I,II,III,campak dan hepatitis. Berdasarkan teoritis anak yang telah mendapat imunisasi DPT lengkap, maka anak tersebut akan mengalami kekebalan terhadap penyakit difteri termasuk tonsillitis difteri. Maka disini ada kesenjangan antara teori dengan kenyataan, jadi ada kemungkinan tonsillitis yang dialami pasien bukan tonsillitis difteri (Wong, 2003).
            Pola makan pasien selama dirawat yaitu pasien makan tiga kali sehari dengan porsi sedikit, yaitu satu sampai tiga sendok makan. Hal ini dapat terjadi karena nyeri menelan dimana menurut Adams (1997) penderita tonsilitis mengeluh tenggorokan dan beberapa derajat disfagia dan pada kasus yang berat pasien dapat menolak untuk makan. Orang tua  mengatakan pasien takut kalau janji dari orang tua, pasien tampak sering berkeringat dan sering menangis. Berdasarkan teoritis anak yang dirawat dirumah sakit akan mengalami rasa takut yang disebabkan karena perpisahan dari rutinitas dan lingkungan atau penyakit yang tidak dikenalinya (Wong, 2003).
            Dari pemeriksaan fisik didapatkan pernafasan 29 x/menit, denyut nadi 88 x/menit. Secara teoritis pasien yang mengalami nyeri akan mengakibatkan peningkatan frekuensi pernafasan dan denyut nadi (Carpenito, 1997).
            Pada pemeriksaan leher didapatkan tonsil merah dan nyeri tekan pada leher, berdasarkan teori pada pasien tonsilitis akan didapatkan tonsil hiperemi dan nyeri tekan hal ini disebabkan karena peradangan (Soepardi, 2001).
            Terapi yang diberikan pada Anak Tm adalah bedrest, vometa, sanmol, IVFD RL, dan taxegram. Secara teoritis terapi untuk pasien tonsilitis adalah antibiotika, antipiretika dan obat kumur yang mengandung disinfektan. Disini tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan (Soepandi, 2001).
3.2. Diagnosa keperawatan
            Tahap kedua dari proses keperawatan adalah diagnosa keperawatan yaitu penilaian klinis tentang kesiapan individu,keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan (Doenges, 1999).
            Dari data data yang didapatkan pengkajian dapat disimpulkan 3 masalah keperawatan yang terjadi pada Anak Tm yaitu Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri menelan, Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi dan Cemas berhubungan dengan hospitalisasi.
            Berdasarkan teoritis diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien tonsilitis adalah Resiko kekurangan volume cairan, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Nyeri dan resiko terhadap keefektifan penatalaksanaan aturan teurapetik.disini dapat dilihat secara teoritis diagnosa keperawatan takut tidak timbul pada pasien tonsilitis,tetapi hal ini merupakan diagnosa yang umum timbul pada anak akibat hospitalisasi bukan akibat langsung penyakit yang diderita pasien (Carpenito,1997.; Wong, 2003).
3.3. Rencana Keperawatan
            Tahap ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan keperawatan dimana perawat menentukan tujuan perawatan, menetapkan pemecahan masalah dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah pasien (Hidayat, 2001).
            Perencanaan keperawatan untuk diagnosa perubahan pemenuhan nutrisi ditujukan agar kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan intervensinya adalah berikan makanan dalam porsi kecil dan sering, timbang berat badan setiap hari, jelaskan pentingnya nutrisi bagi pasien, kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyediaan diit TKTP, sajikan makanan dalam keadaan lunak dan hangat, dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi intravena (Carpenito, 1997).
            Perencanaan untuk diagnosa keperawatan nyeri bertujuan agar nyeri teratasi dengan intervensinya adalah kaji pengalaman nyeri anak, alihkan perhatian anak dengan mendenganrkan musik atau dongeng, kompres dingin dibagian leher, bicarakan dengan keluarga modalitas tindakan yang tersedia dan kolaborasi dalam pemberian analgetik (Betz, 2002; Carpenito, 1997).
            Rencana keperawatan untuk diagnosa keperawatan cemas bertujuan agar rasa takut teratasi dengan intervensinya adalah orientasikan anak pada lingkungan dengan menggunakan penjelasan sederhana, berikan dorongan kepada anak untuk mengekpresikan perasaan, beri kesempatan anak untuk mengamati bagaimana anak yang lain mengatasi rasa takut dan ajarkan teknik relaksasi (Carpenito, 1997).
3.4. Implementasi Keperawatan
            Tahap keempat dari proses keperawatan adalah implementasi keperawatan yaitu pelaksanaan terhadap perencanaan yang telah disusun meliputi tindakan mandiri dan tindakan kolaboratif (Hidayat, 2001).
            Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan perubahan pola nutrisi adalah menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering, menimbang berat badan anak, menjelaskan pada anak bahwa nutrisi sangat penting bagi anak, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk penyediaan diit TKTP, menyediakan makanan dalam keadaan lunak dan hangat dan memberikan terapi intravena RL 20 tts/m.
            Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan nyeri adalah mengkaji pengalaman nyeri anak, menjauhkan perhatian anak dengan berita pengalaman anak yang menyenangkan, mengompres dingin dibagian leher, dan membicarakan dengan keluarga tentang berbagai modalitas tindakan yangtersedia seperti terapi kelompok dan modifikasi prilaku.
            Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan cemas adalah memperkenalkan lingkungan tempat anak dirawat kepada anak dengan penjelasan sederhana, memberikan dorongan kepada anak untuk mengekpresikan nyeri dengan cara bertanya tentang perasaan yang dirasakan anak, menceritakan pengalaman anak yang lain dalam mengatasi rasa takut dan yang terakhir mengajarkan teknik nafas dalam.
3.5. Evaluasi Keperawatan
            Tahapan terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi keperawatan yaitu menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan (Hidayat, 2001).
            Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada anak Tm diapatkan diagnosa keperawatan perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi, nyeri berhubungan dengan proses inflamasi teratasi dan cemas berhubungan dengan hospitalisasi teratasi. Semua diagnosa keperawatan teratasi pada hari ketiga perawatan yang dilakukan oleh penulis.





BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.1.1.Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada pasien tonsilitis dapat ditemukan data-data antara lain keluhan utama nyeri pada tenggorokan yang dirasakan bertambah berat ketika pasien menelan makanan.
4.1.2.Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien tonsilitis adalah perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, nyeri dan cemas.
4.1.3.Intervensi yang diberikan untuk mengatasi masalah keperawatan pada pasien tonsilitis adalah berikan makanan dalam porsi kecil dan sering, timbang berat badan  setiap hari, kaji pengalaman nyeri anak, kompres dingin dibagian leher, orientasikan anak pada lingkungan dengan menggunakan penjelasan sederhana dan ajarkan tehnik relaksasi.
4.1.4.Implementasi diberikan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dan dilaksanakan selama tiga hari. Keterbatasan ilmu, waktu dan sarana menjadi hambatan perawat dalam dalam mengimplementasikan perencanaan.
4.1.5.Berdasarkan evaluasi yang dilakukan selama tiga hari dengan menggunakan format SOAPIER didapatkan semua tiga masalah keperawatan yang muncul teratasi pada hari ketiga perawatan.
  4.2. Rekomendasi
4.2.1.Hendaknya keluarga pasien tonsilitis agar dapat memberi perhatian serius sehingga  penyakit yang dialami mempengaruhi perkembangan normal anak secara normal.
4.2.2.Hendaknya Perawat yang memberikan perawatan terhadap pasien tonsilitis tetap sabar dalam memberikan pelayan yang berkualitas kepada pasien anak.
4.2.4.Hendaknya instisusi pendidikan terutama akademi keperawatan Teungku Fakinah Banda Aceh terus terlibat dalam meningkatkan kualitas tenaga keperawatan.




DAFTAR PUSTAKA

Adams, George L. 1997.  Boies: Buku Ajar Penyakit THT. Alih bahasa, Caroline Wijaya. Edisi 6. Jakarta. EGC.

Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Alih bahasa, Jan Tamboyang. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa Yasmin Asih. Edisi 6. Jakarta: EGC

Depkes RI. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Depkes RI.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian keperawatan. Alih bahasa, I Made kariasa, Ni Made Sumarwati. Edisi 3. Jakarta. EGC.

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2001. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Cetakan I. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif M., 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Cetakan I. Jilid 1. Jakarta: Media Aeskulapius

Soepardi, Efiaty A. 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga Hidung Tenggorokan kepala Leher. Edisi V. Jakarta: FKUI.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa, Monica Ester. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar