I. PENDAHULUAN
Teori kognitif
dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam bidang
pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira permulaan tahun
1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek
yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan
kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan
semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya.
Menurut Piaget,
perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil
perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara
orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang
diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan 4) ekullibrasi, yaitu
adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu
mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
System yang
mengatur dari dalam mempunyai dua factor, yaitu skema dan adaptasi. Skema
berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh
organisma yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang
kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang
terdiri atas proses asimilasi dan akomodasi.
Piaget
mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual anak yang dibagi ke dalam
empat periode, yaitu :
Ø Periode sensori-motor ( 0 – 2,0 tahun )
Ø Periode pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun )
Ø Periode operasional konkret ( 7,0 – 11,0 tahun )
Ø Periode opersional formal ( 11,0 – dewasa )
Piaget
memperoleh gelar Ph.D dalam biologi pada umur 21, ia kemudian tertarik pada
psikologi dan mempelajari anak-anak abnormal di salah satu rumah sakit di Paris.
Pada periode hidupnya, Piaget semakin tertarik pada logika anak dan metode
berpikir yang berbeda-beda yang digunakan anak dalam menjawab peertanyaan pada
usia yang berbeda pula. Selanutnya Piaget bekerja melakukan penelitian selama
kurang lebih 40 tahun. Studinya dipusatkan pada persepsi anak dalam
pemahamannya mengenai alam/benda, jumlah, waktu, perpindahan, ruang, dan
geometri. Ia menganalisis operasi-operasi mental yang digunakan oleh anak, cara
berpikir simbolis dan logika mereka.
II.
PERMASALAHAN
Apa pokok-pokok pikiran teori perkembanggan kognitif menurut Piaget dan
bagaimana implikasi teori Piaget dalam pendidikan?
III. PEMBAHASAN
A. POKOK-POKOK PIKIRAN PIAGET MENGENAI
TEORI KOGNITIF DAN PERKEMBANGANNYA
Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses
perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang
berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir
menggunakan hipotesis-hipotesis.
Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang
pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic bukan peristiwa yang menuju
kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap
lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam
responnya organisme mengubah kondisi lngkungan, membangun struktur biologi
tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa memoertahankan hidupnya.perkembangan
kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan awal
Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam bidang biologi. Ia
sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan lahir dengan dua
kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk :
1. Beradaptasi
2. Organisasi
( tindakan penataan )
untuk memahami proses-proses penataan
dan adaptasi terdapat empat konsep dasar, yaitu sebagai berikut :
1.
Skema
Istilah skema atau skemata yang
diberikan oleh Piaget untuk dapat menjelaskan mengapa seseorang memberikan
respon terhadap suatu stimulus dan untuk menjelaskan banyak hal yang
berhubungan dengan ingatan.
Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk
mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara
intelektual. Adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi antara
asimilasi dan akomodasi.
2. Asimilasi
Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan
asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke
dalam skema yan ada atau tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap
saat. Seseorang tidak hanya memperoses satu stimulis saja, melainkan memproses
banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan
skemata, tetapi asimilasi mempnagruhi pertumbuhan skemata. Dengan demikian
asimilasi adalah bagian dari proses kognitif, denga proses itu individu secara
kognitif megadaptsi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan itu.
3.
Akomodasi
Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan
skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap
individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus
ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan.
4.
Ekualibrasi
Yaitu keseimbangan antara skema yang digunakan
dengan lingkungan yang direspons sebagai hasil ketepatan akomodasi . Dalam
proses adaptasi dengan lingkungan individu berusaha mencapai struktur mental
atau skemata yang stabil. Yaitu keseimbangan antara proses asimilasi dan akomodasi.
Dengan adanya keseimbangan maka efisiensi interaksi antara anak yang sedang
berkembang dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin.
Proses ekuilibrasi
ini merupakan proses yang berkesinambungan antara proses asimilasi dan
akomodasi. Proses ini akan menjaga stabilitas mental dalam diri pembelajar dan
ia akan dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya. Perubahan
struktur kognitif yang dipengaruhi oleh proses adaptasi tersebut dapat melalui
tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya dan bersifat hierarki.
Seseorang harus melalui urutan tertentu dan tidak dapat belajar sesuatu yang berada
di luar tahap kognitifnya. Pemikiran seorang anak berbeda pada setiap tahapan. Piaget tidak
menegaskan batasan umur dalam masing-masing tahap. Batasan umur tersebut
diberikan oleh Ginsburg dan Opper.
Untuk keperluan pegkonseptualisasian pertumbuhan kognitif /perkembangan
intelektual Piaget membagi perkemabngan ini ke dalam 4 periode yaitu :
v Periode
Sensori motor (0-2,0 tahun)
Pada periode ini tingksh laku anak bersifat motorik dan
anak menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal
obyek.
v Periode
Pra operasional (2,0-7,0 tahun)
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau
mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.
v Periode
konkret (7,0-11,0 tahun)
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi.
Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan
masalah secara logis.
v Periode
operasi formal (11,0-dewasa)
Periode
operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak
remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah
verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan
orang lain.
Piaget
mengeukakan bahwa ada 4 aspek yang besar yang ada hubungnnya dengan
perkembangan kognitif :
a.
Pendewasaaan/kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan syaraf.
b.
Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-benda dan stimulus-stimulusdalam
lingkungan tempat ia beraksi terhadap benda-benda itu.
c.
Interaksi sosial, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu
d.
Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja
untuk menyelesaikan peranan pendewasaan, penglaman fisis, dan interksi sosial.
B.
IMPLIKASI TEORI
PIAGET DALAM PENDIDIKAN
Teori Piaget
membahas kognitif atau intelektual. Dan perkembangan intelektual erat
hubungannya dengan belajar, sehingga perkembangan intelektual ini dapat
dijadkan landasan untuk memahami belajar.
Belajar dapat
didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi akibat adanya
pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai terjadinya belajar
didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi, akomodasi dan
keseimbangan. Piaget memandang belajar itu sebagai tindakan kognitif, yaitu
tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan kognitif menyangkut tindakan
penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan.
Implikasi teori
Piaget terhadap dunia pendidikan dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu :
a. Peran Guru
Piaget menyatakan bahwa
peran guru adalah sebagai individu yang
memiliki
pengetahuan, dan anak adalah penerima pasif dari pengetahuan tersebut. Piaget memperkenalkan pembelajaran yang berpusat pada anak. Pandangan anak berbeda dengan pandangan orang dewasa terutama dalam cara memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, pengajaran harus berfokus pada anak, dengan mempertimbangkan tahapan dan tingkat perkembangan anak. Piaget merasa bahwa anak seharusnya tidak sepenuhnya menggali sendiri pembelajaran mereka akan tetapi pembelajaran tersebut harus diarahkan oleh guru. Guru memulai dan menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan diajarkan. Salah satu peran guru adalah untuk menciptakan situasi di mana anak dapat belajar, membuat pertanyaan, melakukan percobaan dan spekulasi (Slavin, 1994).
pengetahuan, dan anak adalah penerima pasif dari pengetahuan tersebut. Piaget memperkenalkan pembelajaran yang berpusat pada anak. Pandangan anak berbeda dengan pandangan orang dewasa terutama dalam cara memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, pengajaran harus berfokus pada anak, dengan mempertimbangkan tahapan dan tingkat perkembangan anak. Piaget merasa bahwa anak seharusnya tidak sepenuhnya menggali sendiri pembelajaran mereka akan tetapi pembelajaran tersebut harus diarahkan oleh guru. Guru memulai dan menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan diajarkan. Salah satu peran guru adalah untuk menciptakan situasi di mana anak dapat belajar, membuat pertanyaan, melakukan percobaan dan spekulasi (Slavin, 1994).
b.
Kesiapan
Piaget
menyatakan bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap, ia berpikir
bahwa anak harus siap untuk belajar konsep kognitif baru. Hal ini akan berguna
untuk mencoba dan mendorong anak terlibat
dalam tugas yang melampaui tingkat perkembangan kognitif mereka. Oleh karena
itu guru perlu menyadari dan mengatur dalam memberikan
tugas sesuai tingkat perkembangan anak. Tugas yang berada di luar tingkat
perkembangan anak cenderung mengakibatkan kegagalan dan de-motivasi.
c. Belajar aktif
Piaget tidak
hanya berpikir bahwa anak-anak hanya mampu menyerap
pengetahuan saja. Akan tetapi dia juga berpikir
bahwa anak perlu ikut aktif dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu belajar yang baik membutuhkan partisipasi dari
semuanya. Keterlibatan aktif mengarah
kepada besarnya rasa ketertarikan dan pemahaman dari anak tersebut. Sebagai contoh,
seorang anak diberitahu bahwa jika kalian membekukan air maka air tersebut akan
berubah menjadi es. Mungkin pemahaman seperti ini sulit untuk mengerti. Akan
tetapi, jika mereka langsung mempraktekkan dengan cara mengisi air pada nampan
lalu ditempatkan di freezer maka ketika mereka kembali mereka akan melihat
perubahan yang terjadi. Dengan demikian mereka akan cenderung untuk memiliki pemahaman yang
lebih jelas mengenai proses pembekuan tersebut. Piaget merasa pembelajaran bukan hanya
terbatas pada mendengarkan
guru saja. Dia merasa bahwa anak-anak akan lebih mudah
memahami jika mereka langsung melakukannya. Menurut Piaget, anak merupakan ilmuwan alami dan penjelajah maka mereka
perlu diberi kesempatan untuk belajar aktif dengan menggunakan kemampuan alami
yang mereka miliki.
d.
Belajar dari
kekeliruan
Piaget berfikir bahwa mengajar harus
berfokus pada penalaran anak,
Oleh karena itu jawaban yang salah dapat danggap sesuatu yang benar, karena dapat digunakan untuk mengidentifikasi penalaran anak thd prinsip-prinsip umum dlm mengajar. Misalnya, jika jawaban Jack yang 82 adalah 16, berarti ia telah mengalikan 8 dgn 2. Logikanya bahwa terdapat kesalahpahaman terhadap pengertian dari jumlah kuadrat oleh karena perlu diberikan pemahaman sebenarnya mengenai soal tersebut. (Slavin, 1994).
Oleh karena itu jawaban yang salah dapat danggap sesuatu yang benar, karena dapat digunakan untuk mengidentifikasi penalaran anak thd prinsip-prinsip umum dlm mengajar. Misalnya, jika jawaban Jack yang 82 adalah 16, berarti ia telah mengalikan 8 dgn 2. Logikanya bahwa terdapat kesalahpahaman terhadap pengertian dari jumlah kuadrat oleh karena perlu diberikan pemahaman sebenarnya mengenai soal tersebut. (Slavin, 1994).
e.
Interaksi rekan
Piaget
menganggap sosialisasi menjadi bagian penting dari pendidikan. Melalui
interaksi dengan rekan sebaya, ide-ide
dapat dikembangkan dan lebih
menantang.
Jenis interaksi ini membutuhkan anak dalam
mempertimbangkan sudut pandang yang
lain. Interaksi dengan
teman sebaya yang
memiliki tantangan pemikiran pada tingkat
kognitif yang
sama (Birch, 1998).
f.
Penggunaan bahan yang nyata
Anak-anak di bawah tahap operasional
formal tidak dapat memecahkan masalah secara abstrak. Mereka akan mencapai
lebih banyak dalam
menyelesaikan masalah dengan menggunakan bahan yang sebenarnya. Sebagai contoh,
anak-anak mencoba untuk memahami benda yang akan
mengapung dan yang akan tenggelam, mereka mungkin tidak dapat mengidentifikasi
dari daftar objek yg ada. Namun, jika mereka memiliki bahan-bahan dan tempat seperti ember air maka mereka akan belajar sifat-sifat benda yang
mengambang. Demikian pula jika anak-anak mencoba untuk belajar menghitung perkalian 3, mereka mungkin akan sulit
menemukan atau memecahkannya.
Akan tetapi jika mereka memiliki serangkaian bahan maka mereka akan
mampu mencari jawaban untuk 3 kali 3. (Birch, 1998; Woolfolk &
McCune-Nicolich,1984).
g.
Konsep Baru
Anak membutuhkan
konsep-konsep dan pembelajaran
baru untuk dihubungkan ke pengetahuan sebelumnya agar mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru.
C. TOKOH
PENDUKUNG DAN PENENTANG TEORI PIAGET
1. Tokoh-tokoh
yang mendukung teori Peaget
a. Ketetapaan Objek
·
Ower(1982)mengemukakan
bahwa bayi dengan usia <
4 bulan
telah dapat menunjukkan tanda-tanda suatu objek.
Apabila Bayi diperlihatkan kumpulan mainan
yang ditempatkan di dalam
sebuah kotak, lalu kotak ditutup dan mainan
dalam kotak tersebut dipindahkan tanpa sepengetahuan si bayi tersebut. Ketika kotak tersebut dibuka kembali maka
bayi tersebut
akan menunjukkan reaksi terkejut karena
mainan dalam kotak telah hilang, Ekspresinya
menunjukkan bahwa dia mengharapkan mainan-mainan tersebut masih berada didalam
kotak. Hal
ini menunjukkan mereka
telah memiliki
keabadian objek.
· Ballargeon dan Devos (1991)
mengemukakan bahwa bayi dengan usia 3 – 4 bulan telah mencapai objek permanen. Ketika truk bermuatan wortel lewat di depan rumah lalu bayi melihatnya melalui jendela maka si bayi akan melihat sampai truk
tidak tampak lagi dari penglihatannya, hal
ini menunjukkan bahwa mereka mengharapkan dapat melihat pemandangan sampai
batas maksimal dari kemampuan.
·
Luo,
Baillargeon, Brueckner dan Munakata (2003) juga mendukung gagasan bahwa bayi memiliki objek permanen dan mereka, menemukan tanda-tanda keabadian objek pada usia bayi 5-bulan.
b. Egosentrisme
·
Brewer (2001) menyediakan anak-anak dengan celengan yang berisi uang, kemudian uang tersebut dikeluarkan dan digantikan dengan kelereng di depan mereka. Lalu mereka ditanya, apa
yang orang
lain pikirkan
pada saat berada
di bank. Sebagian anak menggunakan ego
menjawab 'kelereng'. Sedangkan anak
yang lebih
tinggi tingkat pemahamannya akan menjawab 'uang'. Mereka melihat celengan tersebut dari
perspektif yang lain, meskipun mereka tahu bahwa celengan tersebut berisi kelereng. Mereka
mengerti bahwa
orang lain memiliki sebuah sudut pandang
yang berbeda dengan
menganggap bahwa celengan itu berisi uang.
c. Animisme
·
Carey (1985) menemukan bahwa
sebagian
anak-anak di TK
masih
menunjukkan tanda-tanda animisme yaitu mereka berhenti menghubungkan perasaan untuk benda mati sebelum Piaget menyarankan dan menunjukkan bahwa anak-anak ditahap ini dapat membedakan antara obyek yang hidup dan objek yang tidak hidup.
menunjukkan tanda-tanda animisme yaitu mereka berhenti menghubungkan perasaan untuk benda mati sebelum Piaget menyarankan dan menunjukkan bahwa anak-anak ditahap ini dapat membedakan antara obyek yang hidup dan objek yang tidak hidup.
d.
Konservasi
·
McGarrigle dan Donaldson (1974) memperkenalkan boneka nakal dalam
percobaan konservasi. Para boneka sengaja mengacaukan
percobaan, misalnya boneka sengaja memindahkan koin maka anak-anak harus menentukan apakah masih ada koin dengan nomor yang sama, bahwa boneka telah mengacaukan baris dan itu tampak berbeda. Para peneliti menemukan bahwa anak-anak mampu menjawab tes konservasi dengan benar pada usia lebih dini.
percobaan konservasi. Para boneka sengaja mengacaukan
percobaan, misalnya boneka sengaja memindahkan koin maka anak-anak harus menentukan apakah masih ada koin dengan nomor yang sama, bahwa boneka telah mengacaukan baris dan itu tampak berbeda. Para peneliti menemukan bahwa anak-anak mampu menjawab tes konservasi dengan benar pada usia lebih dini.
·
Houdee dan Guichart (2001) menunjukkan bahwa
tugas-tugas konservasi yang dilakukan tidak mengukur kemampuan anak
untuk memahami
logika yang
mendasarinya, tetapi ukuran dari
kemampuan mereka
untuk berurusan dengan gangguan diperkenalkan
oleh tugas-tugas.
e.
Tahapan Operasional Kongkrit
·
Piaget dan Inhelder (1956) memberikan masalah pada
anak-anak dengan menyediakan empat gelas. Gelas tersebut diisi dengan cairan yang tidak berbau dan tidak
berwarna kemudian anak-anak harus diminta
keluar
untuk mencari kombinasi cairan agar dapat berubah menjadi cairan yang berwarna kuning. Piaget dan Inhelder menemukan bahwa anak-anak pada tahap operasional
konkret menggunakan
teknik pemecahan
masalah secara
acak tetapi
anak-anak ditahap operasional
formal menggunakan
pendekatan sistematis.
f.
Tahapan Operasional Formal
·
Bryant dan Trabasso (1971) menyarankan bahwa kegagalan untuk
menyelesaikan seperti tugas-tugas
kompleks
yaitu gelas kimia dan tugas-tugas pendulum adalah karena kegagalan memori anak-anak tidak mampu mengingat solusi
apa yang
telah mereka coba.
Mereka menemukan bahwa jika anak-anak dilatih, mereka
dapat menyelesaikan masalah yang lebih kompleks. Hal ini
menunjukkan bahwa
anak-anak
mampu menggunakan kemampuan kognitif untuk memecahkan tugas,
tetapi
kemampuan mereka
terbatas oleh memori mereka. Hal ini menunjukkan bahwa
anak-anak memerlukan
pelatihan dan
saran bagaimana cara mereka dalam menggunakan
pengetahuannya
untuk memasuki
tahap operasional
formal.
g.
Faktor Bahasa dan Sosial
·
Sinclair-de-Zwart (1969) menyatakan bahwa
ketidakmampuan anak
untuk mengkonservasi terkait dengan perkembangan
bahasa. Anak-anak yang lebih luas kosakata mampu menyelesaikan tugas. Jika anak-anak menggunakan
kata-kata seperti
'lebih
kecil’ daripada 'kecil''
atau 'terbesar' daripada 'besar' dan mereka lebih mungkin untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas konservasi. Jadi konservasi mungkin
tergantung pada perkembangan
bahasa- yang terkait
dengan perkembangan
kognitif.
2. Tokoh-tokoh yang
menentang Teori Peaget
a. Ketetapan objek
·
Studi
lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak akan mencapai pemahaman tentang objek
permanent
pada usia di atas 6 bulan.
b. Egosentrisme
· Belletal.
(1975) menemukan bahwa anak-anak mampu menyelesaikan Tiga Tugas Pegunungan pada usia lebih awal dari
teori Piaget
yang menyatakan jika karakter yang
digunakan adalah boneka dan seorang
polisi dan
boneka itu bersembunyi dari polisi. Mungkin karena skenario ini lebih alami untuk anak-anak dan mereka mampu
mengidentifikasi itu sebagai
permainan. Ini menunjukkan bahwa ide Piaget tentang egosentrisme pada anak-anak muda mungkin menjadi cacat dan hasilnya mungkin telah disebabkan desain uji sendiri.
·
Brewer (2001) mengamati anak-anak usia
3-tahun
yang terlibat dalam
permainan berpura-pura. Dia menyatakan bahwa cara ini menggambarkan kurangnya egosentrisme, karena mereka mampu bertindak sebagai individu lain yang harus mampu menggunakan lebih dari satu perspektif. Peran bermain sering diamati dalam pra-sekolah anak-anak dan bertentangan dengan gagasan-gagasan Piaget tentang egosentrisme.
permainan berpura-pura. Dia menyatakan bahwa cara ini menggambarkan kurangnya egosentrisme, karena mereka mampu bertindak sebagai individu lain yang harus mampu menggunakan lebih dari satu perspektif. Peran bermain sering diamati dalam pra-sekolah anak-anak dan bertentangan dengan gagasan-gagasan Piaget tentang egosentrisme.
c. Konservasi
·
Pada
sebuah studi klasik, McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak sudah
mampu memahami konservasi dalam
usia yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget.
d. Tahapan operasional formal
·
Balillargeon
dan De Vos (1991) menyatakan bahwa sebanyak 104 anak yang diamati sampai mereka
berusia 18 tahun, kemudian
diuji dengan berbagai tugas operasional formal berdasarkan tugas-tugas yang
dipakai oleh Piaget,
termasuk pengujian hipotesa. Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai
tahap operasional formal. Hal ini sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan
Donaldson serta Baillargeon dan De Vos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan
kemampuan anak-anak kecil dan
terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua.
e. Faktor bahasa
· Tes dan tugas Pieget meggunakan bahasa yang sulit pada pemberian pertanyaan
di dalam tes dan tugas yang diberikan untuk anak. Donalldson memandang
bahasa dan pertanyaan yang digunakan pieget dalam tes kelas inklusi
membingungkan, karena saat pertanyaan itu diulang jumlah jawaban yang
benar meningkat dari 25% menjadi 48%. Sebelumnya Samuel dan Bryant telah membahas hal ini. Mereka
menunjukkan bahwa pertanyaan yang diajukan dalam percobaan konservasi sering
sangat membingungkan untuk anak-anak, dan bahwa jika hanya satu pertanyaan meminta
jumlah, maka jawaban yang benar akan meningkat.
IV.
KESIMPULAN
1.
Teori Piaget mengenai perkembangan
kognitif mendefinisikan kembali intelegensi, pengetahuan, dan hubungan dengan
lingkungannya.
2.
Perkembangan kognitif mempunyai 4
aspek yaitu kematangan, pengalaman, interaksi sosial, dan ekualibrasi.
3.
Menurut Piaget setiap organisme
hidup cenderung untuk melakukan adaptasi dan organisasi. Dalam proses adaptasi
dan organisasi terdapat 4 konsep dasar yaitu skema, asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi. Skema adalah struktur kognitif yang digunakan organisme untuk
mengadaptasi diri terhadap lingkungannya dan menata lingkungan itu secara
intelektual. Asimilasi adalah proses yang digunakan seseorang untuk
mengintegrasikan bahan persepsi baru atau stimulus baru ke dalam skemata atau
pola perilaku yang sudah ada.
4.
Implikasi dari teori Piaget dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.
Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak bukan sekedar pada
produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang
digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
b.
Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak penting sekali pada inisiatif
diri dan keterlibatan aktif terutama dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kelas
Piaget, penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan
anak-anak didorong menemukan jawaban untuk dirinya sendiri melalui interaksi
spontan dengan lingkungan.
c.
Tidak menekankan pada praktek-praktek yang diarahkan untuk menjadikan pemikiran
anak-anak seperti orang dewasa.
d.
Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori
Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan
yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
iii
|
Oakley,
L. (2004). Cognitive Development.
London & New York : Routledge.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar