I.
PENDAHULUAN
Perkembangan pendidikan nasional dapat dilihat dari
perkembangan kurikulum nasional, karena kurikulum merupakan penentu aliran
pendidikan ke arah yang lebih sempit yaitu tingkat satuan pendidikan (sekolah
tingkat atas, menengah maupun dasar). Kurikulum yang digunakan Indonesia sejak tahun 2006 adalah KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Melalui KTSP, siswa diharapkan tidak
hanya pandai secara kognitif, akan tetapi juga memiliki kemampuan dalam dunia
nyata, akhlak mulia, penerapan tingkah laku, sebagai realisasi materi yang
dipelajari di kelas.
Mata pelajaran biologi
memungkinkan untuk menghubungkan antara teori dengan praktek yang bersifat
membangun pengetahuan peserta didik (konstruktivistik) terhadap lingkungan
sekitar, sehingga tujuan KTSP dimungkinkan dapat tercapai secara maksimal.
Menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 matapelajaran Biologi dikembangkan
melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Permasalahan yang timbul
adalah siswa tidak mampu menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan
bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan.
Pembelajaran yang ideal
adalah pebelajaran yang berorientasi pada siswa (student centered), siswa
akan berusaha mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan terlibat aktif dalam
mencari informasi (Permendiknas No. 22, Th. 2006). Salah satu pembelajaran yang
diharapkan mampu mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendekatan PBL.
Fokus dari PBL terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu
disiplin studi, melibatkan pebelajar dalam investigasi pemecahan masalah dan
kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pebelajar bekerja
secara otonom untuk mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan
mengkulminasikannya dalam produk nyata. PBL merupakan sebuah pembelajaran
inovatif yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang
kompleks.
II.
TUJUAN
2.1
Untuk mengetahui sejauh mana penggunaan model pembelajaran
berbasis proyek (Project Based Learning) diterapkan dalam
pembelajaran di sekolah.
2.2
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
berbasis proyek (Project Based Learning).
III.
PEMBAHASAN
3.1 Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
Pembelajaran
berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek
(Thomas, dkk, 1999). Melalui pembelajaran kerja proyek, kreativitas dan
motivasi siswa akan meningkat (Clegg, 2001; Clegg & Berch, 2001). Kerja
proyek dapat dipandang sebagai bentuk open-ended
contextual activity-bases learning, dan merupakan bagian dari proses
pembelajaran yang memberi penekanan kuat pada pemecahan masalah sebagai suatu
usaha kolaboratif (Richmond & Striley, 1996), yang dilakukan dalam proses
pembelajaran pada periode tertentu (Hung & Wong, 2000).
Kerja
proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan
permasalahan (problem) yang sangat
menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat
keputusan, melakukan kegihatan investigasi,
serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri
(Thomas, dkk, 1999). Tujuannya adalah agar siswa mempunyai kemandirian dalam
menyelesaikan tugas yang dihadapinya.
3.2 Karakteristik
Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek adalah
sebuah model pembelajaran yang inovatif, dan lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui
kegiatan-kegiatan yang kompleks. (CORD, 2001; Thomas, Mergendoller, &
Michaelson, 1999; Moss, Van-Duze, Carol, 1998). Fokus pembelajaran terletak
pada prinsip dan konsep inti dari suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi
pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi
kesempatan siswa bekerja secara otonom dalam mengons-truksi pengetahuan mereka
sendiri, dan mencapai puncaknya untuk menghasilkan produk nyata (Thomas, 2000).
Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberi
pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa (Gaer, 1998).
Sedangkan menurut Buck Institute for Education (1999)
belajar berbasis proyek memiliki karakteristik berikut.
a.
Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.
b.
Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya.
c.
Siswa merancang proses untuk mencapai hasil.
d.
Siswa bertanggunga jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang
dikumpulkan.
e.
Siswa melakukan evaluasi secara kontinu.
f.
Siswa secara teratur melihat kembali apa yang meraka kerjakan.
g.
Hasil akhir berupa produk dan di evaluasi kualitasnya.
h.
Kelas memiliki atmosfir yang memberikan toleransi kesalahan dan
perubahan.
3.3 Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Berbasis Proyek
Sebagai sebuah model pembelajaran,
menurut Thomas (2000), pembelajaran
berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yaitu (a) sentralistis (centrality), (b) pertanyaan/penuntun (driving question), (c) investigasi
konstruktif (constructive investigation),
(d) otonomi (autonomy), dan (e)
realistis (realism).
a.
Prinsip sentralistis (centrality)
menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini
merupakan pusat strategi pembelajaran, di mana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan mmelalui kerja proyek.
Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi
praktis dari konsep yang sedang dipelajari, mellainkan menjadi sentral kegiatan
pembelajaran di kelas. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran akan dapat
dilaksnakan secara optimal. Dalam pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah
strategi pembelajaran; siswa mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu
disiplin ilmu melalui proyek.
b.
Prinsip pertanyaan oendorong/penuntun (driving question) berarti bahwa kerja proyek berfokus pada
“pertanyaan atau permasalahan” yang dapat mendorong siswa untuk berjuang
memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu. Kaitan antara
pengetahuan konseptual dengan aktivitas nyata dapat ditemui melalui pengajuan
pertanyaan (Blumenfeld, dkk., 1999)
ataupun dengan cara mmemberikan masalah
dalam bentuk definisi yang lemah (Stepien & Gallagher, 1993). Jadi, dalam
hal ini kerja sebagai external motivation
yang mampu mengubah siswa (internal
motivation) untuk menumbuhkan kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas
pembelajaran (Clegg, 2001).
c.
Prinsip investigasi konstruktif (constructive
investigation) merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan,
yang mengandung kegiatan inkuiri,
pemba-ngunan konsep, dan resolusi. Dalam investigasi memuat proses perancangan,
pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, discovery, dan pembentukan model. Di samping itu, dalam kegiatan
pembelajaran berbasis proyek ini harus tercakup proses transformasi dan konstruksi
pengetahuan (Bereiter & Scardamalia, 1999). Jika kegiatan utama dalam kerja
proyek tidak menimbulkan masalah bagi siswa,
atau permasalahan itu dapat dipecahkan oleh siswa melalui pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya, maka kerja proyek itu sekadar “latihan”, bukan proyek
dalam konteks pembelajaran berbasis proyek (Suhartadi, 2001). Oleh karena itu,
penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong siswa untuk mengonstruksi
pengetahuan sindiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam hal ini
guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin
meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang
tinggi.
d.
Prinsip otonomi (autonomy)
dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian siswa
dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya
sendiri, bekerja dengan minimal supervise, dan bertanggung jawab. Oleh karena
itu, lembar kerja siswa, petunjuk kerja praktikum, dan yang sejenisnya bukan
merupakan aplikasi dari prinsip pembelajaran berbasis proyek (Suhartadi, 2001).
Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk
mendorong tumbuhnya kemandirian siswa.
e.
Prinsip relistis (realism)
berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti di sekolah
(Suhartadi, 2001). Pembelajaran berbasis proyek harus dapat memberikan perasaan
realistis kepada siswa, termasuk dalam memilih topik, tugas, dan peran konteks
kerja, kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standar produknya. Gordon
(1998) membedakan antara tantangan akademis, tantangan yang dibuat-buat, dan
tantangan nyata. Pembelajaran berbasis proyek mengandung tantangan nyata yang
berfokus pada permasalahan yang autentik
(bukan simulasi), bukan dibuat-buat, dan
solusinya dapat diimplementasikan di lapangan. Untuk itu, guru harus
mampu mebrancang proses pembelajaran yang nyata, dan hal ini bisa dilakukan
dengan mengajak siswa belajar pada dunia kerja yang sesungguhnya (Dryden &
Vos, 2001). Jadi, guru harus mampu menggunakan dunia nyata sebagai sumber
belajar bagi siswa. Kegiatan ini akan dapat meningkatkan motivasi, kreativitas,
sekaligus kemandirian siswa dalam pembelajaran.
3.4 Keuntungan Pembelajaran
Berbasis Proyek
Menurut
Moursund (1997) beberapa keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek antara
lain sebagai berikut.
a.
Increased motivation. Pembelajaran berbasis proyek dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa terbukti dari beberapa laporan penelitian
tentang pembelajaran berbasis proyek yang mengatakan bahwa siswa sangat tekun,
berusaha keras untuk menye-lesaikan proyek, siswa merasa lebih bergairah dalam
pembelajaran, dan keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang.
b.
Increased problem-solving ability. Beberapa sumber mendeskripsikan bahwa
lingkung-an belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan
memecah-kan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang bersifat kompleks.
c.
Improved library research skills. Karena pembelajaran berbasis proyek
mempersyarat-kan siswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi melalui
sumber-sumber informasi, maka keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan
informasi akan meningkat.
d.
Increased collaboration. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah
aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek.
e.
Increased resource-management
skills. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplemen-tasikan secara baik
memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek,
dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas.
3.5 Dukungan Teoretis
Pembelajaran Berbasis Proyek
Secara teoretis dan konseptual,
pembelajaran berbasis proyek juga didukung oleh teori aktivitas (Hung dan Wong,
2000). Activity theory [online] menyatakan bahwa struktur dasar
suatu kegiatan terdiri atas: (a) tujuan yang ingin dicapai, (b) subjek yang berada dalam konteks, (c) suatu
masfyarakat di mana pekerjaan itu dilakukan dengan perantaraan, (d) alat-alat, dan (e) peraturan kerja dan pembagian
tugas. Dalam penerapannya di kelas bertumpu pada kegiatan belajar aktif dalam
bentuk melakukan sesuatu (doing)
daripada kegiatan pasif menerima transfer pengetahuan dari guru.
Pembelajaran berbasis proyek juga
didukung oleh teori belajar konstruktivistik, yang bersandar pada ide bahwa
siswa membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri
(Murphy, 1997, [Online]).
Pembelajaran berbasis proyek dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan
penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa mengkonstruk
pengetahuan dan keterampilan secara personal. Ketika pembelajaran berbasis proyek dilakukan dalam model belajar
kolaboratif dalam kelompok kecil siswa, pembelajaran berbasis proyek juga mendapat dukungan teoretis yang
bersumber dari konstruktivisme sosial
Vygotsky yang memberikan landasan pengembang-an kognitif melalui
peningkatan intensitas interaksi antarpersonal (Vigotsky, 1978; Moore, 2000).
Adanya peluang untuk menyampaikan ide, mendengarkan ide orang lain, dan
mere-fleksikan ide sendiri pada orang lain, adalah suatu bentuk pembelajaran
individu. Proses interaktif dengan kawan
sejawat membantu proses konstruksi pengetahuan. Dari perspek-tif teori
ini pembelajaran berbasis proyek dapat membantu siswa meningkatkan
keteram-pilan dan memecahkan masalah secara kolaboratif.
3.6 Perbedaan Penekanan Pembelajaran
Berbasis Proyek dan Pembelajaran Tradisional
Menurut
Buck Institute for Education,
terdapat perbedaan antara pembelajar tradisional dan pembelajaran proyek.
Aspek Pendidikan
|
Penekanan Pembelajaran Tradisional
|
Penekanan Pembelajaran Berbasis Proyek
|
Fokus
Kurikulum
|
Cakupan isi
|
Kedalaman
pemahaman
|
Pengetahuan
tentang fakta
|
Penguasaan
konsep dan prinsip
|
|
Belajar
keterampilan “Building-blok” dalam
isolasi
|
Pengembangan
keterampilan pe-mecahan masalah kompleks
|
|
Lingkup dan
Urutan
|
Mengikuti
urutan kurikulum se-cara ketat
|
Mengikuti
minat siswa
|
Berjalan dari
blok ke blok atau unit ke unit
|
Unit-unit
besar terbentuk dari pro-blem dan isu yang kompleks
|
|
Memusat,
fokus berbasis disi-plin
|
Meluas,
fokus, interdisipliner
|
|
Peranan
Guru
|
Penceramah
dan direktur pem-belajaran
|
Penyedia
sumber belajar dan parti-sipasi di dalam kegiatan belajar
|
Ahli
|
Pembimbing/partner
|
|
Fokus
Pengukuran
|
Produk
|
Proses dan
produk
|
Skor tes
|
Pencapaian
yang nyata
|
|
Membandingkan
dengan yang lain
|
Unjuk kerja
yang standar dan ke-majuan dari waktu ke waktu
|
|
Reproduksi
informasi
|
Demonstrasi
pemahaman
|
|
Bahan-bahan
Pembelajaran
|
Teks,
ceramah, dan presentasi
|
Langsung
sumber asli; bahan-bahan tercetak, interview, doku-men, dan lain-lain
|
Kegiatan dan
lembar latihan di-kembangkan guru
|
Data dan
bahan dikembangkan oleh siswa
|
|
Penggunaan
|
Pendukung,
peripheral
|
Utama,
integral
|
Teknologi
|
Dijalankan
guru
|
Diarahkan
siswa
|
Kegunaan
untuk perluasan pres-tasi guru
|
Kegunaan
untuk memperluas pres-tasi siswa atau penguatan kemam-puan siswa
|
|
Konteks
Kelas
|
Siswa bekerja
sendiri
|
Siswa bekerja
dalam kelompok
|
Siswa
kompetisi satu dengan yang lainnya
|
Siswa
kolaboratif satu dengan yang lainnya
|
|
Siswa
menerima informasi guru
|
Siswa
mengonstruksi berkontribu-si, dan melakukan sintesis informa-si
|
|
Peranan
Siswa
|
Menjalankan
perintah guru
|
Melakukkan
kegiatan belajar yang diarahkan oleh diri sendiri
|
Pengingat dan
pengulangan fakta
|
Pengkaji,
integrator, dan penyaji ide
|
|
Pembelajar
menerima dan me-nyelesaikan tugas-tugas laporan pendek
|
Siswa menentukan
tugas mereka sendiri dan bekerja secara indepen-den dalam waktu yang besar
|
|
Tujuan jangka
Pendek
|
Pengetahuan
tentang fakta
|
Pemahaman dan
aplikasi ide dan proses yang kompleks
|
Tujuan jangka
Panjang
|
Luas
pengetahuan
|
Dalam
pengetahuan
|
Lulusan yang
memiliki pengetahuan yang berhasil pada tes standar pencapaian
|
Lulusan yang
berwatak dan kete-rampilan mengembangkan diri, mandiri, dan belajar sepanjang
hayat
|
3.7 Langkah-Langkah
Mendesain Suatu Proyek
Stienberg
(1997) mengajukan enam strategi dalam mendesain suatu proyek yang disebut
dengan : The Six A’s of Designing
Projects, yaitu (1) Authenticity
(keautentikan), (2) Academic Rigor
(ketaatan terhadap nilai akademik), (3) Applied
Learning (belajar pada dunia nyata), (4) Active Exploration (aktif meneliti), (5) Adult Relationship (hubungan dengan nilai), dan (6) Assessment (penilaian).
Langkah-Langkah
|
Pertanyaan Penuntun
|
Keautentikan
|
·
Apakah proyek-proyek tersebut mengacu pada permasalahan yang bermakna
bagi siswa?
·
Apakah masalah tersebut mungkin scecara nyata dapat dikerjakan oleh
siswa?
·
Apakah siswa dapat menciptakan atau menghasilkan sesuatu, baik sebagai
pribadi maupun ke-lompok di luar lingkungan sekolah?
|
Ketaatan
terhadap nilai akademik
|
·
Apakah proyek tersebut dapat membantu atau mengarahkan siswa untuk
memperoleh dan me-nerapkan pokok pengetahuan
dalam satu atau lebih disiplin nilmu?
·
Apakah proyek tersebut dapat/mampu memberi tantangan pada siswa untuk
mmenggunakan strategi strategi penemuan (ilmiah) dalam satu atau lebih
disiplin ilmu? (contoh: berfikir dan bekerja seperti ilmuwan)
·
Apakah siswa dapat mengembangkan keteram-pilan dan kebiasaan berpikir
tingkat tinggi? (contoh: pencarian fakta, memandang sesuatu masalah dari
berbagai sudut)
|
Belajar pada
dunia nyata
|
·
Apakah kegiatan belajar yang
dilakukan siswa berada dalam konteks permasalahan semi terstruktur, mengacu
pada kehidupan nyata, dan bekerja/berada pada dunia lingkungan luar seko-lah?
·
Apakah proyek dapat mengarahkan untuk mengu-asai dan menggunakan unjuk
kerja yang dipersyaratkan dalam organisasi kerja yang menuntut persyaratan
tinggi? (contoh: kerja tim; menggunakan teknologi yang tepat; pemecahan
masalah dan komunikasi)
·
Apakah pekerjaan tersebut mempersyaratkan siswa untuk mampu melakukan
pengembangan organisasi dan mengelola keterampilan pribadi?
|
Aktif
meneliti
|
·
Apakah siswa menggunakan sejumlah waktu se-cara signifikan untuk
mengerjakan bidang utama pekerjaannya?
·
Apakah proyek tersebut mempersyaratkan siswa untuk mampu melakukan
penelitian nyata, dan menggunakan berbagai macam strategi, media dan berbagai
sumber lainnya?
·
Apakah siswa diharapkan dapat/mampu untuk berkomunikasi tentang apa yang dipelajari, baik melalui
presentasi maupun unjuk kerja?
|
Hubungan
dengan ahli
|
·
Apakah siswa menemui dan mengamati (belajar dari) teman/orang sebaya
(dewasa) yang memiliki pengalaman dan kecakapan yang relevan?
·
Apakah siswa berkesempatan
bekerja/berdiskusi secara teliti
dengan paling tidak seorang teman?
·
Apakah orang dewasa (di luar siswa) dapat beker-ja sama dalam
merancang dan menilai hasil kerja siswa?
|
Penilaian
|
·
Apakah siswa dapat merefleksi secara berkala proses belajar yang dilakukiannya dengan meng-gunakan criteria
proyek yang jelas, yang kiranya dapat
membantu dalam mmenentukan kiner-janya?
·
Apakah orang luar dapat membantu siswa me-ngembangkan pengertian
tentang standar kerja dunia nyata dalam suatu jenis pekerjaan?
·
Apakah ada kesempatan secara regular untuk menilai kerja siswa,
terkait dengan strategi yang di-gunakan, termasuk melalui pameran dan
porto-folio.
|
Keenam langkah evaluasi tersebut
dapat dijadikan pedoman dalam merancang suatu bentuk pembelajaran berbasis
proyek. Dengan mengacu pada standar tersebut, pembelajaran proyek yang
dilakukan siswa dapat lebih bermakna bagi pengembangan dirinya.
Di samping itu, Kraft (1998) dari RMC Research Corporation Denver,
Colorado menyusun kriteria keautentikan pembelajaran berbasis proyek sebagai
berikut.
a.
Menggunakan berbagai gaya belajar
b.
Lebih berorientasi proses belajar pada dunia nyata
c.
Menyajikan lingkungan belajar yang mampu memberikan umpan balik yang
positif dan berbagai pilihan bentuk pembelajaran
d.
Mendorong siswa untuk mampu menggunakan proses berpikir tingkat tinggi
dalam pembelajaran
e.
Mampu menyajikan tingkat pemahaman yang mendalam
f.
Dapat diakses moleh semua siswa
g.
Menggunakan berbagai model komunikasi
h.
Penilaian berpijak pada isi/tujuan pembelajaran
i.
Masing-masing siswa bertanggung jawab
terhadap proses belajarnya
j.
Siswa merasakan keterkaitan antara isi pembelajaran dengan kurikulum
k.
Masalah/pembelajaran yang diberikan mampu menghasilkan proses belajar
yang bermakna
l.
Proses belajar mendorong siswa untuk mampu melakukan pengumpulan data-analisis
data menarik kesimpulan
m.
Proyek/permasalahan yang dipelajari harus memiliki nilai (bermakna) bagi
siswa
n.
Proses belajar/materi pembelajaran harus mampu dikaitkan dengan berbagai disiplin keilmuan
o.
Menempatkan guru berperan sebagai fasilitator
p.
Mendorong siswa melakukan penilaian mandiri terhadap kegiatan
belajarnya.
3.8 Prosedur/Desain
Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembimbingan
oleh guru dan penyelesaian tugas oleh siswa mengacu pada prinsip metode
pembelajaran berbasis proyek seperti berikut.
Prinsip
|
Pengertian
|
Aplikasi
|
Keautentikan
|
·
Proyek yang dikerjakan sis-wa harus mengacu pada permasalahan yang
ber-makna bagi siswa.
·
Proyek/masalah tersebut harus secara nyata dapat di-kerjakan oleh
siswa.
·
Dari kegiatan proyek terse-but siswa harus dapat men-ciptakan atau
menghasilkan sesuatu, baik sebagai priba-di maupun kelompok di lu-ar
lingkungan sekolah.
|
·
Proyek yang dikerjakan harus berguna baik secara praktis maupun
teoretis bagi siswa.
·
Proyek tersebut harus da-pat dikerjakan oleh siswa dalam rentang waktu
yang ditentukan (1 semes-ter).
·
Proyek harus menghasil-kan produk (pengetahuan /keterampilan baru).
|
Ketaatan
terhadap nilai-nilai akademik
|
·
Kegiatan proyek harus da-dap membantu atau meng-arahkan siswa untuk
mem-peroleh dan menerapkan pokok pengetahuan dalam satu atau lebih disiplin ilmu
·
Proyek tersebut harus da-pat/mampu memberi tanta-ngan pada siswa untuk
menggunakan metode-me-tode penemuan (ilmiah) da-lam satu atau lebih disiplin
ilmu (contoh: berpikir dan bekerja seperti ilmuwan).
·
Proyek harus mampu men-dorong siswa mengem-bangkan keterampilan dan
kebiasaan berpikir tingkat tinggi? (contoh: pencarian fakta, memandang
sesuatu masalah dari berbagai su-dut).
|
·
Dalam kegiatan proyek siswa dapat mengaplikasi-kan pengetahuan bidang
studi pokok yang dipela-jari.
·
Kegiatan proyek tersebut harus dapat merangsang siswa menggunakan
me-tode-metode penemuan (ilmiah) dalam satu atau lebih disiplin ilmu yang
di-pelajari.
·
Kegiatan proyek tersebut harus dapat merangsang siswa menggunakan
kete-rampilan dan kebiasaan berpikir tingkat tinggi.
|
Belajar pada
dunia nyata
|
·
Apakah kegiatan belajar yang dilakukan siswa berada dalam konteks
permasalahan semi ter-struktur, mengacu pada kehidupan nyata, dan
bekerja/berada pada dunia lingkungan luar sekolah?
·
Apakah proyek dapat mengarahkan untuk me-nguasai dan menggunakan unjuk
kerja yang dipersya-ratkan dalam organisasi kerja yang menuntut per-syaratan
tinggi? (contoh: kerja tim; menggunakan teknologi yang tepat; pe-mecahan
masalah dan ko-munikasi)
·
Apakah pekerjaan tersebut mempersyaratkan siswa untuk mampu melakukan
pengembangan organisasi dan mengelola keteram-pilan pribadi?
|
·
Proyek harus mengacu pa-da kehidupan nyata/per-masalahan yang ada di
masyarakat.
·
Proyek harus merangsang siswa untuk bekerja secara tim, menggunakan
teknologi yang tepat.
·
Proyek tersebut mampu merangsang siswa untuk melakukan pengembangan organisasi dan
menge-lola keterampilan pribadi.
|
Aktif
meneliti
|
·
Apakah siswa mengguna-kan sejumlah waktu secara signifikan untuk
mengerja-kan bidang utama pekerja-annya?
·
Apakah proyek tersebut mempersyaratkan siswa untuk mampu melakukan
penelitian nyata, dan menggunakan berbagai macam strategi, media dan berbagai
sumber lainnya?
·
Apakah siswa diharapkan dapat/mampu untuk berko-munikasi tentang apa
yang dipelajari, baik melalui pre-sentasi maupun unjuk kerja?
|
·
Proyek harus diselengga-rakan
tepat waktu.
·
Proyek harus merangsang siswa untuk mampu mela-kukan penelitian nyata,
dan menggunakan berba-gai macam metode, media, dan berbagai sumber lainnya.
·
Siswa harus mampu untuk berkomunikasi tentang apa yang dipelajari baik
melalui presentasi mau-pun unjuk kerja.
|
Hubungan
dengan ahli
|
·
Apakah siswa menemui dan mengamati (belajar dari) teman/orang sebaya
(de-wasa) yang memiliki penga-laman dan kecakapan yang relevan?
·
Apakah siswa berkesem-patan bekerja/berdiskusi secara teliti dengan paling tidak seorang
teman?
·
Apakah orang dewasa (di luar siswa) dapat bekerja sama dalam merancang
dan menilai hasil kerja siswa?
|
·
Siswa harus mampu bela-jar dari teman/orang se-baya (dewasa) yang
me-miliki pengalaman dan ke-cakapan yang relevan.
·
Siswa harus dapat bekerja /berdiskusi
secara teliti dengan paling tidak seorang teman.
·
Siswa harus dapat bekerja sama dalam merancang dan menilai hasil kerja
siswa.
|
Penilaian
|
·
Apakah siswa dapat mere-fleksi secara berkala proses belajar yang
dilakukiannya dengan menggunakan kri-teria proyek yang jelas, yang kiranya
dapat mem-bantu dalam mmenentukan
kinerjanya?
·
Apakah orang luar dapat membantu siswa mengem-bangkan pengertian
ten-tang standar kerja dunia nyata dalam suatu jenis pekerjaan?
·
Apakah ada kesempatan secara regular untuk me-nilai kerja siswa,
terkait dengan strategi yang di-gunakan, termasuk melalui pameran dan
portofolio.
|
·
Siswa harus mampu meni-lai unjuk kerjanya.
·
Siswa harus mampu be-kerja sama dengan orang luar (ahli/praktisi yang
se-bidang dengan kegiatan proyek).
·
Ada sistem penilaian regu-ler untuk menilai kerja sis-wa, terkait
dengan meto-de yang digunakan, ter-masuk melalui pameran dan portofolio.
|
3.9 Pedoman Pembimbingan
Dalam
membimbing siswa dalam pembelajaran berbasis proyek ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan dijadikan pijakan
tindakan. Adapun pedoman pembimbingan tersebut antara lain sebagai berikut.
a.
Keautentikan
Hal ini dapat dilakukan
dengan beberapa strategi berikut.
1)
Mendorong dan membimbing siswa untuk memahami kebermaknaan dari tugas
yang dikerjakan
2)
Merancang tugas siswa sesuai dengan kemampuannya sehingga ia mampu
menyelesai-kannya tepat waktu
3)
Mendorong dan membimbing siswa agar mampu menghasilkan sesuatu dari
tugas yang dikerjakannya.
b.
Ketaatan terhadap Nilai-Nilai Akademik
Hal ini dapat
dilakukan dengan beberapa strategi berikut.
1)
Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu menerapkan berbagai
pengetahuan/ disiplin ilmu dalam menyelesaikan tugas yang dikerjakan
2)
Merancang dan mengembangkan tugas-tugas yang dapat memberi tantangan
pada siswa untuk menggunakan berbagai metode dalam pemecahan masalah
3)
Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu berpikir tingkat tinggi dalam
memecahkan masalah.
c.
Belajar pada Dunia Nyata
Hal ini dapat
dilakukan dengan beberapa strategi berikut.
1)
Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu bekerja pada konteks
permasalahan yang nyata yang ada di masyarakat
2)
Mendorong dan mengarahkan agar siswa mampu bekerja dalam situasi
organisasi yang menggunakan teknologi tinggi
3)
Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu mengelola kemampuan
keterampilan pribadinya.
d.
Aktif Meneliti
Hal ini dapat
dilakukan dengan beberapa strategi berikut.
1)
Mendorong dan mengarahkan siswa
agar dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan jadwal yang telah dibuatnya
2)
Mendorong dan mengarahkan siswa
untuk melakukan penelitian dengan berbagai macam metode, media, dan berbagai
sumber
3)
Mendorong dan mengarahkan siswa
agar mampu berkomunikasi dengan orang lain, baik melalui presentasi ataupun
media lain.
e.
Hubungan dengan Ahli
Hal ini dapat
dilakukan dengan beberapa strategi berikut.
1)
Mendorong dan mengarahkan siswa
untuk mampu belajar dari orang lain yang memilki pengetahuan yang relevan
2)
Mendorong dan mengarahkan siswa bekerja/berdiskusi dengan orang
lain/temannya dalam memecahkan masalahnya
3)
Mmendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak/minta pihak luar untuk
terlibat dalam menilai unjuk kerjanya.
f.
Penilaian
Hal ini dapat
dilakukan dengan beberapa strategi berikut.
1)
Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu melakukan evaluasi diri
terhadap kinerjanya dalam mengerjakan tugasnya
2)
Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak pihak luar untuk terlibat
mengembangkan standar kerja yang terkait dengan tugasnya
3)
Mendorong dan mengarahkan siswa untuk menilai unjuk kerjanya.
IV KESIMPULAN
1.
Pembelajaran
berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.
2.
Pembelajaran
berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberi pengalaman belajar
yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa.
3.
Pembelajaran
berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yaitu (a) sentralistis (centrality), (b) pertanyaan/penuntun (driving question), (c) investigasi
konstruktif (constructive investigation),
(d) otonomi (autonomy), dan (e)
realistis (realism).
4.
Secara
teoretis dan konseptual, pembelajaran berbasis proyek juga didukung oleh teori
aktivitas dan teori belajar konstruktivistik serta pembelajaran berbasis proyek juga mendapat dukungan teoretis yang
bersumber dari konstruktivisme sosial
Vygotsky yang memberikan landasan pengembang-an kognitif melalui
peningkatan intensitas interaksi antarpersonal. Sehingga dari perspektif teori
ini pembelajaran berbasis proyek dapat membantu siswa meningkatkan
keteram-pilan dan memecahkan masalah secara kolaboratif.
5.
Stienberg
mengajukan enam strategi dalam mendesain suatu proyek yang disebut dengan : The Six A’s of Designing Projects, yaitu
(1) Authenticity (keautentikan), (2) Academic Rigor (ketaatan terhadap nilai
akademik), (3) Applied Learning
(belajar pada dunia nyata), (4) Active
Exploration (aktif meneliti), (5) Adult
Relationship (hubungan dengan nilai), dan (6) Assessment (penilaian).
6.
Keenam
langkah evaluasi tersebut dapat dijadikan pedoman dalam merancang suatu bentuk
pembelajaran berbasis proyek. Dengan mengacu pada standar tersebut,
pembelajaran proyek yang dilakukan siswa dapat lebih bermakna bagi pengembangan
dirinya.
7.
Perbedaan penekanan pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran
tradisional terletak pada beberapa aspek pendidikan berikut. (1) fokus
kurikulum, (2) lingkup dan urutan, (3) peranan guru, (4) fokus pengukuran, (5)
bahan-bahan pembelajaran, (6) penggunaan, (7) teknologi, (8) konteks kelas, (9)
peranan siswa, (10) tujuan jangka pendek, dan (11) tujuan jangka panjang.
DAFTAR RUJUKAN
Bereiter, C., & Scardamalia, M, 1999. Process and Product in Project Base Learning Research. Toronto:
Ontario Institute for Studies in Education, University of Toronto.
Buck Institute for Education. 2001. Project Base Learning Overview: Differences From Traditional Instruction.
http://www.bie.org/pbl/everview/ diffstraditional.htmk.
Blumenfeld, P. Soloway, E., Mark, R., Krajick, J., Guzdial, M dan
Palinscar, A. 1991. Motivating Project
Base Learning: Sustaining Doing, Supporting the Learning. Educational Psychologist. 26 (3&4),
389-398.
Clegg, B. 2001. Instance
Motivation. Jakarta: Erlangga.
Clegg, B., & Berch, P. 2001. Instance Creativity. Jakarta: Erlangga.
Drayden, C., & Vos, J. 2001. The Learning Revolution. Bandung: Kaifa.
Hung, D.W., & Wong, A.F.L. 2000. Activity Theory as a Framework for Project Work in Learning Environment.
Educational Technology. 40 92),
33-37.
Moore, D. 2000. Toward a
Theory of Work-Base Learning. IEE Brief, 23 January, (Online).
Moss, D., & Van-Duzer, C. 1998. Project Base Learning for Adult English Language Learner. ERIC
Gigest, ED427556. http://www.ed.
gov/database/ERIC-Digest/Ed427556/html.
Moursund, D. 1997. Project:
Road a Head (Project-Based Learning). http://www.iste.org/ reseacrh/roadahead/pbl.html.
Richmond, G., & Striley, J. 1996. Making Meaning in Classroom: Social Processes in Small-Group Discourse
and Physics Knowledge Building. Journal
of Research in Science Teaching. 33 98), 839-858.
Stepien, W., & Gallagher, S. 1993. Problem Base Learning: As Authentic as it Gets. Educa-tion Leadership. 51, 25-28.
Suhartadi, S. 2001. Menumbuhkan
Kemandirian dan Kegairahan Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Teknologi di SMK.
Makalah Disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Nasional Peningkatan
Profesionalitas Guru SMK Melalui Kajian Kelas yang Diselenggarakan pada Tanggal
4 September 2001 di Kampus Universitas Negeri Malang.
Thomas, J.W., Mergendoller, J.R. & Michaelson, A. 1999. Project Base Learning: A Handbook of Middle
and High School Teacher. Novato CA: The Buck Institute for Education.
Vygotsky, L.S. 1978. Mind in
Society. Cambridge, MA: Harvard University Press.