BAB I
Konsep Dasar
A.
Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri,
tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur.
Jika tulang
terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering membengkak.
Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku,
maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya
aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan
darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati.
Infeksi juga bisa
menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses (pengumpulan nanah) di jaringan
lunak di sekitarnya, misalnya di otot.
Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomielitis, dan dapat timbul
akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik
maupun manifestasi local yang berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis
akut yang tidak ditangani dengan baik
Osteomeilitis
dapat diklasifikasikan menjadi 2 mCm Ykni :
- Osteomielitis Primer
Penyebarannya
secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan
beredar melalui sirkulasi darah.
- Osteomielitis Sekunder (Osteomielitis Perkontinuitatum)
Terjadi akibat
penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan
sebagainya.
B. Etiuologi
1. Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan
jarang oleh streptococcus hemolitikus.
2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organisme
yang lain seperti : Bakteri colli, Salmonella thyposa dan sebagainya
Tulang, yang
biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3
cara:
1. Aliran darah
Aliran darah bisa
membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya
terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang
belakang (pada dewasa).
Orang yang
menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap
infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi
jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada
perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.
2. Penyebaran
langsung
Organisme bisa memasuki
tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan tulang
atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
Infeksi ada sendi
buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di
dekatnya.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada
jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari
atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami
kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit
yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis).
Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.
C. Patofisiologi
Respon inisial infeksi à odem dan peningkatan vaskulerisasi
Setelah 2-3 hari terjadi trombosis pada pembuluh darah à ISKEMIA dan NEKROSIS
Infeksi berkembang kw kavitasi medularis dan kebawah
periosteum à menyebar ke jaringan lunak lainnya dan sendi
Bila infeksi di kontrol lebih awal à abses tulang akan mengakibatkan squestrum tidak dapat mencair à terjadi involukrum dan mengelilingi squestrum à osteomilitis kronis
D. Tanda dan Gejala
Gambaran klinis osteomielitis
tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit, dapat berkembang secara
progresif atau cepat.
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat
melalui aliran darah, menyebabkan demam dan kadang-kadang di kemudian hari,
menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa
mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri.
Infeksi tulang
belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri
tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak
berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda nyeri. Demam, yang
merupakan tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi.
Infeksi tulang
yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari
penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas
tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya.
Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal.
Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal.
Penderita yang
mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri
yang menetap di daerah tersebut.
Jika suatu infeksi
tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun
(osteomielitis kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama
bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa
tahun.
Osteomielitis
menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang
yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit.
Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus
permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju
kulit.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih
meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
2. Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur
darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji
sensitivitas.
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses
untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri
Salmonella.
4. Pemeriksaan Biopsi tulang.
5. Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini
dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo
polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua
minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
F. Prinsip penatalaksanaan
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri
2. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
3. Istirahat local dengan bidai atau traksi
4. Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab
5. Drainase bedah
BAB II
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a)
Riwayat keperawatan
Dalam hal ini
perawat menanyakan faktor-faktor resiko sehubungan dengan osteomielitisHal-hal yang
dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi
khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi.Faktor-faktor tersebut adalah
sumber potensial terjadinya infeksi.
b) Pemeriksaan fisik
Area sekitar
tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa
juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan
adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri,
maupun eritema.
c) Riwayat psikososial
Pasien seringkali
merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi.
Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji
perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan
atau sekolah.
d) Pemeriksaan
diagnostik
Hasil laboratorium
menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang
mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan
scanning tulang. Selain itu
dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI
2. Duiagnosa
Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan menahan beban berat badan.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan
pengobatan.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak
7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses
tulang
3.
Perencanaan Keperawatan
DP.1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan
pembengkakan
Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan Peningkatan rasa kenyamanan
Kriteria Evaluasi :
Tidak terjadi nyeri,Napsu makan menjadi
normal,ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh normal
Intervensi dan Rasionalisasi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Mandiri :
Mengkaji karakteris- tik nyeri :
lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan meng- gunakan skala nyeri (0-10)
Mempertahankan im- mobilisasi (back
slab)
Berikan sokongan (support) pada
ektremitas yang luka
Amati perubahan
suhu setiap 4 jam
Kompres air
hangat
Kolaborasi :
Pemberian
obat-obatan analgesik
|
Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat me- nentukan jenis
tindak annya
Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaring- an yang luka.
Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan me- ngurangi nyeri
Untuk mengetahui penyimpangan – penyimpangan yang terjadi
Mengurangi rasa nyeri dan memberikan
rasa nyaman
Mengurangi rasa nyeri
|
DP. 2. Gangguan
mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.
Tujuan / Hasil Pasien :
Gangguan mobilitas
fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
Meningkatkan
mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
Mempertahankan
posisi fungsional
Meningkatkan /
fungsi yang sakit
Menunjukkna teknik
mampu melakukan aktivitas
Intervensi dan Rasionalisasi :€€
No.
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Mandiri :
Pertahankan tirah baring dalam posisi
yang di programkan
Tinggikan ekstremitas yang sakit,
instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang
sakit dan tak sakit
Beri penyanggah pada ekstremitas yang
sakit pada saat bergerak
Jelaskan pandangan dan keterbatasan
dalam aktivitas
Berikan dorongan pada klien untuk
melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan
Ubah posisi secara periodik
Kolabortasi :
Fisioterapi / aoakulasi terapi
|
Agar gangguan mobilitas fisik dapat
berkurang
Dapat meringankan masalah gangguan
mobilitas fisik yang dialami klien
Dapat meringankan masalah gangguan
mobilitas yang dialami klien
Agar klien tidak banyak melakukan
gerakan yang dapat membahayakan
Mengurangi terjadinya penyimpangan –
penyimpangan yang dapat terjadi
Mengurangi gangguan mobilitas fisik
Mengurangi gangguan mobilitas fisik
|
DP. 3. Hipertermi
berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan bebas dari hipertermia
Kriteria
Evaluasi :
Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut, suhu
tubuh normal, tidak mual, suhu tubuh normal
Intervensi
dan Rasionalisasi
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Mandiri :
Pantau :
-
Suhu tubuh setiap 2 jam
-
Warna kulit
-
TD, nadi dan pernapasan
-
Hidrasi (turgor dan kelembapan kulit
Lepaskan pakaian yang berlebihan
Lakukan kompres dingin atau kantong es untuk
menurunkan kenaikan suhu tubuh.
Motivasi
asupan cairan
Kolaborasi
:
Beriakn obat antipiretik sesuai dengan anjuran
|
Memberikan dasar untuk
deteksi hati
Pakaian yang tidak berlebihan dapat mengurahi peningkatan suhu tubuh dan
dapat memberikan rasa nyaman pada pasien
Menurunkan panas melalui proses konduksi serta
evaporasi, dan meningkatkan kenyaman
pasien.
Memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi
serta febris dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
Antipiretik membantu mengontrol peningkatan suhu
tubuh
|
DP, 4. Ansietas
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.
Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan
informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
Kriteria
Evaluasi :
Ekspresi wajah relaks
Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang
Intervensi dan Rasionalisasi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Mandiri :
Jelaskan
tujuan pengobatan pada pasien
Kaji
patologi masalah individu.
Kaji
ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada
tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.
Kaji ulang praktik kesehatan
yang baik, istirahat.
Kolaborasi :
Gunakan obat sedatif sesuai
dengan anjuran
|
Mengorientasi program
pengobatan. Membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrol
Informasi menurunkan takut
karena ketidaktahuan. Memberika pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi
dinamik
Berulangnya
pneumotorak/hemotorak memerlukan intervensi medik untuk mencegah / menurunkan
potensial komplikasi.
Mempertahanan kesehatan umum
meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.rapeutik.
Banyak pasien yang
membutuhkan obat penenang untuk mengontrol ansietasnya
|
DP. 5. Gangguan
pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman
Tujuan / Hasil Pasien :
Pola tidur kembali normal
Kriteria
Evaluasi :
Jumlah jam tidur tidak terganggu, insomnia
berkurang, adanya kepuasan tidur, pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan
psikologi
Intervensi
dan Rasionalisasi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Mandiri :
Tentukan
kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi
Berikan
tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya ; bantal dan
guling
Buat rutinitas tidur baru
yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru
Cocokkan dengan teman
sekamar yang mempunyai pola tidur serupa dan kebutuhan malam hari
Dorong beberapa aktifitas
fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti beraktifitas beberapa jam
sebelum tidur
Instruksikan tindakan
relaksasi
Kurangi kebisingan dan lampu
Gunakan pagar tempat tidur
sesuai indikasi, rendhkan tempat tidur bila mungkin
Kolaborasi :
Berikan sedatif, hipnotik
sesuai indikasi
|
Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi
intervensi yang tepat
Meningkatkan kenyamanan
tidur serta dukungan fisiologis/ psikologis
Bila rutinitas baru
mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stres dan ansietas dapat berkurang
Menurunkan kemungkinan bahwa
teman sekamar yang “burung hantu” dapat menunda pasien untuk terlelap atau
menyebabkan terbangun
Aktivitas siang hari dapat
membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur malam hari
Membantu menginduksi tidur
Memberikan situasi kondusif
untuk tidur
Pagar tempat tidur
memberikan keamanan dan dapat digunakan untuk membantu merubah posisi
Mungkin diberikan untuk
membantu pasien tidur atau istirahat selama periode transisi dari rumah ke
lingkungan baru
|
DP. 6. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak
Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap
aktifitas.
Kriteria
Evaluasi :
Menurunnya keluhan terhadap kelemahan, dan
kelelahan dalam melakukan aktifitas, berkurangnya nyeri.
Intervensi
dan Rasionalisasi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Mandiri :
Jelaskan aktivitas dan
faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
Anjurkan
program hemat energi
Buat
jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap
Kaji
respon abdomen setelah beraktivitas
Berikan
kompres air hangat
Beri waktu
istirahat yang cukup
|
Merokok,
suhu ekstrim dan stre menyebabkan vasokonstruksi pembuluh garah dan
peningkatan beban jantung
Mencegah
penggunaan energi berlebihsn
Mempertahankan
pernapasan lambat dengan tetap mempertahankan latihan fiisk yang memungkinkan
peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan
Respon abdomen melipuit
nadi, tekanan darah, dan pernapasan yang meningkat
Kompres air hangat dapat
mengurangi rasa nyeri
Meningkatkan daya tahan pasien, mencegah
keletihan
|
DP 7. Resiko
terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang
Tujuan / Hasil Pasien :
Tidak terjadi
pesiko perluasan infeksi yang dialami
Kriteria Hasil:
Mencapai waktu
penyembuhan
Intervensi dan
rasionalisasi:
No.
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
|
Mandiri:
Pertahankan
system kateter steril; berikan perawatan kateter regular dengan sabun dan
air, berikan salep antibiotic disekitar sisi kateter.
|
Mencegah pemasukan
bakteri dari infeksi/ sepsis lanjut.
|
2.
|
Ambulasi dengan kantung drainase
dependen.
|
Menghindari refleks balik urine, yang
dapat memasukkan bakteri kedalam kandung kemih.
|
3
.
|
Awasi tanda vital, perhatikan demam
ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat, gelisah, peka, disorientasi.
|
Pasien yang mengalami sistoskopi/ TUR
prostate beresiko untuk syok bedah/ septic sehubungan dengan manipulasi/
instrumentasi
|
4.
|
Observasi drainase dari luka, sekitar
kateter suprapubik.
|
Adanya drain, insisi suprapubik
meningkatkan resiko untuk infeksi,
yang diindikasikan dengan eritema, drainase purulen.
|
5.
|
Ganti balutan dengan sering (insisi
supra/ retropublik dan perineal), pembersihan dan pengeringan kulit sepanjang
waktu
|
Balutan basah menyebabkan kulit
iritasi dan memberikan media untuk pertumbuhan bakteri, peningkatan resiko
infeksi luka.
|
6.
|
Gunakan
pelindung kulit tipe ostomi
|
Memberikan
perlindungan untuk kulit sekitar, mencegah ekskoriasi dan menurunkan resiko
infeksi.
|
7.
|
Kolaborasi:
Berikan
antibiotic sesuai indikasi
|
Mungkin
diberikan secara profilaktik sehubungan dengan peningkatan resiko infeksi
pada prostatektomi.
|
Daftar Pustaka
☼ Purnawan Junadi, Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI 1982. Soeparman, Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990.
☼ Doenges E Marilynn, 2000.,
Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
☼ Kalim, Handono, 1996., Ilmu
Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
☼ Mansjoer, Arif, 2000., Kapita
Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
☼ Prince, Sylvia Anderson,
1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC,
Jakarta.
Internet :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar